KUNG FU PANDA 2 (2011)

Tidak ada komentar
Disaat kondisi sedang heboh akibat film animasi "Cars 2" rilisan Pixar yang notabene selalu mendapat review sangat bagus dan jaminan meraih Oscar mendapat kritikan buruk di masa perilisannya dan hanya mendapat rating Rotten Tomatoes 33% (Mayoritas film Pixar mendapat rating diatas 95% kecuali film Cars yang pertama yang hanya mendapat 74%) saya lebih dulu berkesempatan menyaksikan film rilisan studio saingan Pixar, Dreamworks yang juga merupakan sekuel, yakni "Kung Fu Panda 2". Film ini sendiri mendapat review yang cukup positif (83% di RT) sehingga saya cukup berharap banyak walaupun menurut saya pribadi film-film rilisan Dreamworks tetaplah bukan film yang bisa mengambil hati penontonnya, tapi setidaknya masih bisa memberikan hiburan yang seru.

Po sekarang sudah menjadi jago kung fu yang disegani dan dikenal sebagai "Dragon Warrior". Walaupun begitu tentunya Po masihlah panda gendut yang tidak jauh beda dengan dulu, yang ceroboh, banyak omong tapi juga konyol. Kali ini Po dan kawan-kawannya sesama master kung fu (furious five) berusaha menghentikan aksi Lord Shen, mantan anak kaisar merak yang dibuang oleh istana dan berusaha membalas dendam dengan berkeinginan menguasai Cina. Untuk mewujudkan ambisinya, Shen menciptakan sebuah senjata yang sangat dahsyat. Saking dahsyatnya, senjata itu mampu untuk memusnahkan kung fu dari dunia.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

LIFE IS BEAUTIFUL (1997)

Tidak ada komentar
Hanya sedikit saja film non-Hollywood yang bisa berbicara banyak di Oscar bahkan sampai masuk nominasi "Best Picture". Film garapan Roberto Benigni dimana dia juga berperan sebagai aktor utamanya ini adalah satu dari sedikit film non-Holly yang bisa mendapatkan 7 nominasi Oscar termasuk "Best Picture" dan memenangkan 3 diantaranya dimana salah satunya adalah kemenangan Benigni di kategori "Best Actor". Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk sebuah film Eropa.

Guido (Roberto Benigni) merupakan seorang Yahudi-Italia. Guido adalah tipikal orang yang unik dimana kesehariannya seolah tidak pernah diisi dengan kesedihan. Apapun permasalahan yang dia hadapi dia selalu berusaha menyikapinya dengan santai dan senang. Bahkan disaat ia jatuh cinta dengan Dora (Nicoletta Braschi) yang akan segera bertunangan dengan pria lain yang jauh lebih kaya darinya, Guido tetap berusaha dengan penuh senyuman hingga akhirnya ia bisa membawa Dora lari dan menikah.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

JUST GO WITH IT (2011)

1 komentar
Kolaborasi keenam Dennis Dugan dan Adam Sandler? Ditambah adanya seorang Jennifer Aniston? Saya sudah bisa menebak film macam apa ini. Film kolaborasi Dugan-Sandler pastilah sebuah komedi yang menyertakan unsur dewasa (baca: sex) didalamnya. Apabila ditambahkan seorang Jennifer Aniston maka film itu sudah pastilah bergenre komedi romantis dimana komedinya adalah komedi khas seorang Adam Sandler. Saya tidak berharap mendapat suguhan yang spesial, komedi romantis cerdas ala "Easy A" atau "500 Days of Summer". Saya hanya ingin bisa menikmati film ini untuk sekedar hiburan ringan saja.

Danny (Adam Sandler) adalah seorang dokter bedah plastik yang sukses. Dahulu disaat dia belum merupakan orang sukses seperti sekarang, Danny sempat nyaris menikah tapi gagal sesaat sebelum menikah. Tapi setelah itu dia menyadari suatu hal bahwa status sebagai "pria gagal menikah" membuat banyak wanita simpati padanya dan membuat mereka mau menghabiskan semalam bercinta dengan Danny. Di kantornya, Danny memiliki seorang asisten bernama Katherine (Jennifer Aniston) yang adalah janda dengan dua orang anak. Antara Danny dan Katherine sudah menjadi sahabat dekat yang tidak pernah menyembunyikan rahasia sedikitpun satu sama lain.

1 komentar :

Comment Page:

I SAW THE DEVIL (2010)

5 komentar
Bayangkan tunangan kita yang sedang mempunyai hubungan yang sangat baik dengan kita tiba-tiba saja menghilang dan ditemukan telah tewas dalam kondisi tubuh yang termutilasi. Saya jamin diatas 90% orang pada saat itu akan langsung dirasuki amarah serta dendam yang akan membuat mereka benar-benar mengutuk perbuatan sang pembunuh dan langsung berkata bahwa dia akan membalas dendam sang tunangan lalu pergi menyiksa si pembunuh. Tapi apa ada yang sampai benar-benar merealisasikan hal tersebut? Tentu sangat jarang di kehidupan nyata. Tapi di dunia film hal itu sudah sering terjadi seperti juga dalam "I Saw the Devil" ini. Bedanya, karakter utama yang melakukan balas dendam di film ini punya cara lain untuk membalas perbuatan sang pembunuh.

Seorang agen rahasia kepolisian bernama Soo-hyun (Lee Byung-hun) sedang diselimuti kesedihan dan hasrat balas dendam yang sangat besar setelah mendapati tunangannya, Joo-yun (Oh San-ha) ditemukan tewas dalam kondisi yang mengenaskan dimana tubuhnya dimutilasi oleh sang pembunuh. Hasrat membalaskan penderitaan sang tunangan telah membutakan mata Soo-hyun. Dia memutuskan menyelidiki sendiri kasus ini. Akhirnya dia mendapatkan 4 tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan tersebut. 2 tersangka awal ternyata bukan orang yang dicari dan berakhir dalam kondisi sekarat setelah dihajar habis oleh Soo-hyun. Akhirnya Soo-hyun sampai pada tersangka ketiga, seorang pria bernama Kyung-chul (Choi Min-sik). Kyung-chul memang adalah pembunuh Joo-yun yang sebenarnya. Tidak hanya Joo-yun tapi Kyung-chul juga sudah membunuh, memutilasi dan memperkosa banyak gadis cantik lain. Setelah melakukan penyelidikan dirumah Kyung-chul, Soo-hyun yakin dialah pembunuh tunangannya dan mulai melakukan perburuan. Setelah pertemuan pertama mereka yang berakhir dengan perkelahian brutal yang dia menangkan, Soo-hyun meminumkan sebuah kapsul yang berisi alat pelacak sehingga alat itu tertanan dalam tubuh kyung-chul. Hal itu membuat segala gerak-geriknya terus diawasi dan didengar Soo-hyun. Maka dimulailah aksi balas dendam lanjutan dari Soo-hyun yang berusaha memberikan rasa sakit dan teror sedikit demi sedikit terhadap sang pembunuh sadis.

5 komentar :

Comment Page:

MARY POPPINS (1964)

Tidak ada komentar
Walaupun selalu bisa menikmati, kalau disuruh memilih saya masih lebih menyukai film musikal modern seperti "Chicago" dan "Nine" daripada yang banyak dianggap klasik seperti "Gigi". Walaupun feel dari film-film musikal jaman dahulu lebih terasa ceria, tapi saya masih terasa kurang cocok dengan mereka. Hal yang tidak jauh beda sebenarnya bisa terjadi pada saat saya menonton "Mary Poppins" yang mengantarkan aktris legendaris Julie Andrews meraih Oscar untuk "Best Actress" dimana film ini adalah debutnya bermain di layar lebar. Tapi untungnya "Mary Poppins" menghadirkan lebih dari sekedar deretan lagu ceria nan catchy khas film-film musikal pada jaman itu.

George Banks (David Tomlinson) merasa kebingungan dengan tingkah kedua anaknya, Jane (Karen Dotrice) dan Michael (Matthew Garber) yang nakal dan membuat nanny mereka tidak pernah bertahan lama. Sebenarnya hal itu terjadi lebih karena mereka kurang mendapat perhatian dari kedua orang tua khususnya sang ayah yang terlalu mempentingkan pekerjaannya sebagai karyawan sebuah bank. Disaat Bank mencari pengasuh baru untuk kedua anaknya datanglah Mary Poppins (Julie Andrews) yang melamar untuk pekerjaan tersebut. Ternyata Mary Poppins berbeda dari pengasuh lain. Dengan segala hal magis yang dia miliki perlahan dia mulai membuat Jane dan Michael menjadi anak penurut sekaligus mencoba memperbaiki hubungan ayah-anak itu menjadi harmonis.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

BIUTIFUL (2010)

Tidak ada komentar
Setelah menampilkan konflik mengenai konflik akibat perbedaan bahasa dan budaya dalam "Babel", sutradara Alejandro Gonzales Inarritu kembali menyuguhkan kepada kita sebuah film yang bercerita mengenaikonflik yang terjadi dalam hidup manusia. "Biutiful" adalah sebuah film yang menceritakan mengenai perjuangan manusia dalam hidupnya. Sesulit apapun hidup itu nyatanya perjuangan memang tidak pernah berhenti dilakukan oleh manusia. Kurang lebih itulah yang menjadi garis besar film ini walaupun masih ada beberapa hal lain yang bisa diambil dari "Biutiful" seperti kondisi keluarga yang kurang harmonis, rasa sepi, ambiguitas moral, sampai kematian yang bukanlah akhir melainkan awal yang baru dengan kata lain menyinggung kehidupan setelah kematian.

Uxbal (Javier Bardem) sendirian mengasuh kedua anaknya, Ana (Hanaa Bouchaib) dan Mateo (Guillermo Estrella) dengan segala kesederhanaan ekonomi yang dia miliki. Sedangkan istrinya, Maramba (Maricel Alvarez) yang adalah pengidap bipolar disorder walaupun masih mencintai suami dan anak-anaknya terlihat tidak siap menanggung beban sebagai istri dan ibu karena dia masih gemar bersenang-senang di kehidupan malam. Uxbal sendiri kesehariannya bekerja sebagai penyalur barang ilegal yang milik Hai (Cheng Taishen) yang merupakan pengusaha asal Cina untuk kemudian dijual kepada para imigran Afrika. Selain itu Uxbal juga mendapat tambahan penghasilan berkat "bakat" yang dimilikinya yaitu bisa berkomunikasi dengan arwah penasaran dan membimbing mereka untuk menuju ke alam baka. Sampai suatu hari Uxbal dikejutkan dengan hasil pemeriksaan dokter yang menyatakan dia menderita kanker dan hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

SUCKER PUNCH (2011)

Tidak ada komentar
Sekitar 3 bulan yang lalu saya sempat menulis tentang 10 film yang paling saya tunggu di tahun 2011. Dari 10 film itu 5 diantaranya sudah dirilis (Pirates of the Caribbean 4, Scre4m, The Hangover: Part II, Your Highness dan Sucker Punch). Tapi seperti yang kita tahu sekarang film Box Office sulit masuk ke Indonesia, sehingga dari 5 film tersebut baru 2 yang saya tonton yaitu "Scream 4" dan "Sucker Punch" ini (Saya putuskan melewatkan Your Highness). Setelah "Scream 4" bisa memenuhi ekspektasi saya, tentunya harapan kepada film garapan sutradara Zack Snyder ini untuk bisa memberikan hal yang sama cukup tinggi. Saya tidak peduli film ini mendapat kritikan jelek, toh saya masih bisa menikmati film macam "Season of the Witch" yang hanya mendapat skor 6% di Rotten Tomatoes.

Seorang gadis (Emily Browning) yang baru saja kehilangan sang ibu yang meninggal dunia terpaksa masuk ke Rumah Sakit Jiwa akibat difitnah ayah tirinya. Disana sang ayah tiri meminta kepada salah seorang petugas bernama Blue Jones (Oscar Isaac) untuk melakukan lobotomi kepada gadis itu supaya dia tidak ingat segala hal yang dilakukan si ayah tiri kepadanya dan keluarganya. Disaat proses lobotomi tersebut dilakukan, cerita berpindah ke alam fantasi gadis tersebut dimana disana ia mendapat nama Babydoll. Tidak hanya nama, tapi setting tempat juga berubah dari RSJ menjadi sebuah rumah bordil. Blue yang sebelumnya adalah pegawai disana berubah menjadi penguasa rumah bordil tersebut. Pasien rumah sakit juga berubah menjadi gadis yang tinggal dirumah tersebut.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

A LITTLE THING CALLED LOVE (2010)

5 komentar
Film yang punya 2 judul lain (First Love & Crazy Little Thing Called Love) ini memang menjadi salah satu film sleeper hit Asia terbesar tahun ini. Bagi saya sendiri hasil yang disuguhkan oleh duo sutradara Putthiphong Promsakha na Sakon Nakhon dan Wasin Pokpong ini cukup melebihi ekspektasi. Thailand yang biasanya dikenal dengan film horror kembali mengejutkan saya. Setelah "Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Lives" yang menang Palme d'Or tahun lalu, giliran film ini yang berhasil menyuguhkan  kejutan manis berupa sebuah komedi romantis yang ringan, down to earth, sekaligus menyentuh.

Nam (Baifern Pimchanok Luevisadpaibul) adalah gadis cilik yang sedang merasakan cinta pertamanya kepada kakak kelasnya yang berselisih 3 angkatan bernama Shone (Mario Maurer). Yang jadi masalah, Shone merupakan idola di kalangan gaids-gadis di sekolah tersebut mulai dari yang seangkatan sampai adik angkatannya termasuk Nam. Nam sendiri bagaikan bumi dan langit dengan Shone. Nam adalah gadis yang jelek, hitam dan punya selera fashion buruk. Nam juga bukan anak yang pintar. Untungnya Nam punya sahabat-sahabat yang baik hati. Mereka membantu Nam guna meraih impiannya mendapatkan cinta Shone mulai dari merubah penampilan Nam sampai melakukan hal-hal konyol seperti yang tertulis dalam buku "resep cinta" yang mereka baca.

5 komentar :

Comment Page:

LAWRENCE OF ARABIA (1962)

1 komentar
Film ini berbasis kehidupan dari T.E. Lawrence, seorang tentara Inggris yang mempunyai peranan sangat besar dalam "Arab Revolt", yaitu peperangan pasukan Arab menghadapi Turki yang berlangsung antara 1916-1918. Tokoh T.E. Lawrence sendiri diperankan oleh Peter O'Toole yang merupakan aktor peraih nominasi Oscar terbanyak sebagai "Best Actor" tanpa sekalipun menang yaitu 8 kali termasuk dalam film ini dimana dia kalah oleh Gregory Peck (To Kill a Mockingbird). Selain "Best Actor", film ini juga mendapat 9 nominasi lain dimana 6 diantaranya berhasil dimenangkan termasuk "Best Picture" dan "Best Director" untuk sutradara David Lean.

Film dibuka dengan adegan kematian T.E. Lawrence (Peter O'Toole) yang meninggal dalam kecelakaan motor pada 1935. Dia dimakamkan di St Paul's Cathedral dimana itu dilakukan untuk menghargai segala macam jasa yang telah dia berikan. Film kemudian kembali ke masa dimana Lawrence sedang bertugas dalam Perang Dunia I. Dia lalu ditugaskan untuk menuju Arab guna memantau pasukan Arab yang dipimpin Prince Faisal (Alec Guinness) dalam pergerakan mereka melawan Turki. Disana Lawrence juga bertemu dengan Sherif Ali (Omar Sharif) yang awalnya berselisih paham dengan Lawrence dan tidak menyukainya.

1 komentar :

Comment Page:

PLAN 9 FROM OUTER SPACE (1959)

3 komentar
Menulis review untuk film ini adalah salah satu yang "tersulit" buat saya. Dikatakan sulit karena apabila melihat segala aspek yang ada, film ini bisa dibilang hancur-hancuran. Yak, film garapan sutradara Ed Wood yang sering disebut sebagai sutradara terburuk yang pernah ada ini juga sering disebut sebagai "worst film ever made" alias film terburuk yang pernah dibuat. Tapi meskipun begitu saya pribadi merasa cukup terhibur saat menontonnya. Bukan karena isi filmnya memang menghibur tapi saking hancurnya film ini sampai menyenangkan melihat berbagai bloopers bertebaran sepanjang 78 menit durasinya.

Film ini dibuka dengan adegan pemakaman seorang wanita. Suami wanita tersebut yang dikenal dengan sebutan Old Man (Bela Lugosi) merasa begitu kehilangan sang istri. Hal itu membuatnya luntang lantung dan ditengah kegundahan hatinya ia tewas tertabrak mobil saat sedang berjalan. Pada saat pemakaman sang pria tua, muncul hal aneh yaitu penemuan mayat 2 orang tukang gali kubur. Yang mengagetkan ternyata pria tua dan istrinya yang sudah tewas itu kembali hidup, bahkan membunuh Inspektur Clay (Tor Johnson) dimana Clay akhirnya juga bangkit kembali dari kematiannya. Sementara itu seorang pilot bernama Jeff Trent (Gregory Wallcott) melihat penampakan UFO disaat sedang menerbangkan pesawat. Ternyata UFO tersebut juga nampak di berbagai tempat lain. ApakahDan sepertinya UFO itu ada hubungannya dengan fenomena bangkit kembalinya orang-orang yang sudah mati tersebut.

3 komentar :

Comment Page:

THE DILEMMA (2011)

Tidak ada komentar
Ada jenis film dimana tokoh yang ada didalamnya berperan sebagai orang yang lebih tahu fakta sesungguhnya didalam cerita film tersebut dibanding penonton, ada juga jenis film dimana penonton menjadi pihak serba tahu dan lebih tahu dibanding karakter dalam film tersebut. "The Dilemma" termasuk jenis yang kedua dimana penonton adalah orang yang lebih tahu dibanding mayoritas karakter yang ada mengenai fakta sesungguhnya yang terjadi. Saya sendiri tidak membenci film sejenis itu. Tapi disaat "The Dilemma" juga turut menggabungkan elemen salah paham yang agak berlebihan dimana saya sebagai penonton sudah tahu fakta sesungguhnya, maka hal itu menjadi tidak menyenangkan diikuti.

Ronny (Vince Vaughn) dan Nick (Kevin James) adalah sahabat yang sangat dekat sudah sejak lama. Bahkan kekasih Ronny, Beth (Jennifer Connelly) dan istri Nick, Geneva (Wynona Ryder) juga berteman dekat. Mereka seringkali melakukan double date. Ronny dan Nick juga adalah partner bisnis yang saling melengkapi. Ronny ahli bicara, sedangkan Nick adalah si jenius yang menjadi otak bisnis mereka. Saat itu keduanya tengah mengejar deadline sebuah proyek yang akan menghasilkan banyak uang. Deadline itu membuat keduanya cukup tertekan. Khususnya bagi Nick yang saat itu tengah berniat melamar kekasihnya tapi masih bingung bagaimana melakukannya.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

PLATOON (1986)

2 komentar
Film ini adalah bagian pertama dari trilogi "Vietnam's War" karya Oliver Stone sebelum "Born on the Fourth of July" dan "Heaven & Earth". Hal yang wajar Stone membuat banyak film mengenai perang Vietnam lantaran dirinya pernah menjadi bagian dalam perang tersebut dan mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya terjadi disana sehingga bisa dipastikan film-film perang Vietnam karya Stone mempunyai kisah dan unsur-unsur yang kurang lebih sama dengan kenyataan yang ada. Di film inio Oliver Stone menggaet beberapa aktor yang jika kita lihat sekarang adalah sebuah ensemble cast yaitu Charlie Sheen, Tom Berenger, Willem Dafoe, Forest Whitaker, Tony Todd, sampai Johnny Depp yang masih baru merintis karir 2 tahun sebelumnya. "Platoon" juga berhasil meraih "Best Picture" untuk Oscart tahun 1987 sekaligus membawa sang sutradara Oliver Stone meraih "Best Director".

Chris Taylor (Charlie Sheen) baru saja bergabung dengan pasukan yang sedang bertugas di pedalaman Vietnam. Chris sebenarnya adalah anak dari keluarga kaya, tapi dia memilih meninggalkan bangku kuliah karena merasakan ketidak adilan dimana orang kaya selalu mendapat hidup enak dan selamat dari perang, sedangkan orang miskin selalu menderita dan menjadi yang pertama terbunuh dalam perang. Tapi penderitaan yang dialami baik dari mental maupun fisik dalam peperangan itu ternyata jauh lebih berat dari yang ia bayangkan.

2 komentar :

Comment Page:

SCREAM 4 (2011)

Tidak ada komentar
Franchise "Scream" adalah perkenalan saya dengan genre slasher. Saat itu saya ingat sekali ketiga film "Scream" ditayangkan secara marathon oleh salah satu stasiun tv swasta. Sejak itu karakter Ghostface jadi salahs atu karakter paling memorable bagi saya. Trio karakter utamanya, Sidney, Dewey dan Gale juga jadi survivor slasher yang paling membekas. Dan setelah 10 tahun berlalu semenjak film ketiganya yang menurut saya lebih kearah konyol, kini Ghostface kembali meneror kota Woodsboro dengan teror baru. "New Decade, New Rules".

Diceritakan Sidney (Neve Campbell) kembali ke kampung halamannya, Woodsboro untuk menyelesaikan tur buku terbarunya "Out of Darkness". Disana dia kembali bertemu dengan teman lamanya, Sheriff Dewey (David Arguette) dan istrinya, Gale (Courteney Cox) yang kini sudah bukan lagi reporter. Disaat sedang mengadakan konferensi pers tiba-tiba Sidney dikejutkan dengan teror yang diberikan padanya dengan bentuk poster yang bergambarkan mukanya dilumuri dengan darah. Yang mereka belum sadar saat itu, bahwa teror tersebut adalah awal dari serangkaian pembunuhan oleh Ghostface yang akan kembali terjadi seakan "menyambut" kepulangan Sidney. Disaat itu juga sepupu Sidney, Jill (Emma Roberts) beserta sahabat-sahabatnya, Kirby (Hayden Panettiere) dan Olivia (Marielle Jaffe) juga mendapat terror dari sang pembunuh. Siapakah kali ini sosok dibalik topeng ghostface sang pembunuh berantai?

Senang sekali rasanya setelah bertahun lamanya saya bisa kembali menyaksikan Ghostface membantai para korbannya. Begitu juga dengan kemunculan kembali 3 karakter utamanya dengan karakterisasi yang kurang lebih sama walaupun terasa bahwa porsi ketiganya tidak lagi sedominan dahulu. Banyaknya karakter baru memang membuat mereka terpaksa sedikit dikurangi porsinya. Bahkan Sidney juga tidak memiliki jumlah penampilan yang sebanyak film-film sebelumnya. Bisa dibilang selain new rules, "Scream 4" juga sedikit menyegarkan kita dengan pemeran baru yang masih berusia muda. Yang agak mengganggu saya disini adalh Sidney yang sepertinya jauh lebih susah mati daripada Ghostface sendiri. Memang benar seperti yang dikatakan seorang karakter di film ini bahwa Sidney layaknya Michael Myers yang tidak bisa mati. Untuk film ini rasanya segi "immortal" darinya sudah terasa mengganggu.
Dari segi cerita, sejak film dibuka sudah terasa bahwa Wes Craven mencoba menghadirkan sisi keunikan dalam "Scream 4". Dia banyak memberikan penghormatan atau mungkin lebih tepatnya sindiran kepada film-film horror. Formula ini sudah dipakai juga dalam film-film sebelumnya dimana terdapat apa yang dikatakan "rule" atau aturan dalam pembunuhan berantai dalam film horror. Dan kali ini yang dipakai adalah aturan dari film-film remake. Jalan cerita film ini memang pantas jika disebut memberikan penghormatan terhadap film originalnya. Berbagai plot dan jalan cerita terlihat mengambil unsur dari film originalnya. Terdengar basi memang. Tapi dengan cerdik Wes Craven malah sengaja menyindir keklisean yang dia pakai dengan berbagai humor yang mampu membuat saya tertawa.

Yak, selain menyuguhkan berbagai adegan sadis dan efek kejut, Wes Craven juga memberikan berbagai macam humor yang membuat "Scream 4" sebenarnya cukup layak bila masuk kategori horror-komedi. Berbeda dengan "Scream 3" yang konyol dan mengganggu, "Scream 4" dihiasi dengan banyak lelucon yang lucu dimana mayoritas merupakan sindiran terhadap film-film horror remake dan ber-sekuel banyak. Bahkan franchise "Saw" tidak lupa disindir. Salah satu bahan sindiran juga hadir dari serial "Stab" yang merupakan film dalam film "Scream" dimana kali ini sudah sampai pada film ketujuh (jumlah film Saw). Sebuah film yang cukup lengkap dalam memberikan ketakutan, rasa kaget dan kelucuan yang tepat sasaran. Come Back yang sangat menyenangkan dan menghibur dari salah  satu franchise horror terbaik yang pernah ada.


Tidak ada komentar :

Comment Page:

BATAS (2011)

Tidak ada komentar
Sineas lokal kita sepertinya sedang latah baik itu dalam hal baik dan buruk. Dalam hal buruk, banyak sineas yang latah dengan terus menerus membuat film horror-seks kacrut yang sayangnya justru terus mendulang uang. Sedangkan untuk para sineas yang niat membuat film sebagai karya seni dan bukan hanya pengeruk uang sepertinya juga sedang terjadi latah walaupun latah yang dimaksud disini tidak sepenuhnya dalam konteks yang buruk bahkan bisa dibilang cukup baik. Akhir-akhir ini film yang mengangkat tema suku - suku pedalaman lokal cukup banyak bermunculan. Film-film tersebut biasanya mengeksplorasi keindahan alam serta berbagai macam kebudayaan lokal yang ada di masing-masing daerah. Sepertinya "wabah" ini diawali oleh kesuksesan "Laskar Pelangi" 3 tahun yang lalu. Setelah "Lost in Papua" dan "The Mirror Never Lies" kali ini giliran "Batas" karya sutradara Rudi Soedjarwo yang muncul.

"Batas" menceritakan kedatangan Jaleswari (Marcella Zalianty) ke daerah Borneo di Kalimantan yang juga merupakan perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia. Tujuan kedatangan Jaleswari adalah untuk menyelidiki kenapa proyek pendidikan yang diberikan oleh perusahaan tempatnya bekerja tidak pernah berjalan lancar disana dimana guru-guru yang dikirim selalu tidak pernah bertahan lama. Disana Jaleswari dibantu oleh Adeus (Marcell Domits) yang juga seorang guru. Disana Jaleswari juga disambut oleh sang kepala suku, Panglima Adayak (Piet Pagau). Tapi selain menyambut Jales, Panglima juga seakan mengisyaratkan bahwa ada sesuatu misteri di tempat tersebut yang menanti Jaleswari. Apa sebenarnya penyebab kegagalan proyek tersebut? Apa ada hubungannya dengan seorang gadis tidak dikenal yang sedang dalam kondisi shock dan terdiam bernama Ubuh (Ardina Rasti) yang berada dirumah Nawara (Jajan C. Noer)? Misteri juga muncul dari pria bernama Otik (Otiq Pakis) yang awalnya ramah tapi dibalik itu seperti terpendam maksud lain.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

MTV MOVIE AWARDS 2011 (WINNERS LIST)

2 komentar
Ajang penghargaan paling pop. Itulah kesan saya bagi MTV Movie Awards yang memang lebih sering memenangkan film yang sedang populer di kalangan remaja daripada yang berkualitas. Contoh nyata adalah kemenangan Twilight Saga dan para pemainnya dalam 2 tahun terakhir mengalahkan film-film macam "The Dark Knight" dan "The Social Network". Dan tahun ini lanjutan dari saga Twilight yakni "Twilight Saga: Eclipse" kembali mendominasi dengan memenangkan 5 dari 12 nominasi yang ada. Berikut ini daftar pemenang "MTV Movie Awards 2011" beserta daftar pilihan saya.

2 komentar :

Comment Page:

UNDER THE TREE (2008)

Tidak ada komentar
Setelah "Opera Jawa" yang penuh dengan segala metafora sekaligus keindahan budaya Jawa, pada 2008 lalu Garin Nugroho kembali membuat film yang bisa dibilang mirip-mirip dengan "Opera Jawa". Kemiripan itu terletak pada gaya penceritaan yang masih setia dengan konsep metafora yang sarat dengan pesan tersirat dan bagaimana kedua film tersebut mengeksplorasi budaya-budaya tradisional Indonesia dimana dalam "Under the Tree" giliran Bali yang ditonjolkan. Kisah di film ini berputar pada 3 sosok wanita yang mempunyai permasalahan hidup yang berbeda-beda dan secara kebetulan sama-sama berada di Bali.

Maharani (Marcella Zalianty) menuju Bali disaat dirinya sedang menghadapi permasalahan dengan sang Ibu dan mencoba mencari pemecahan secara spiritual disana. Ada juga Tian (Nadia Saphira) yang merupakan selebriti sekaligus anak orang kaya yang disana selalu mengikuti seorang seniman tua Bali, Ikranagara (Ikranagara), Yang ketiga adalah Dewi (Ayu Laksmi) seorang penyiar radio yang tengah berada dalam dilema untuk memperahankan atau menggugurkan kandungannya dikarenakan sang janin mengalami kelainan pada otaknya dan apabila dilahirkan hanya mampu hidup beberapa saat. Tiga plot utama itulah yang nantinya akan membawa kita pada perjalanan penuh simbolis, kesan mistis dan pesan tersirat dari seorang Garin Nugroho.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

13 ASSASSINS (2010)

4 komentar
Dari judulnya saya sudah bisa menebak bagaimana jalan cerita film ini. 13 orang yang direkrut untuk menjalankan misi pembunuhan terhadap seseorang atau beberapa orang. Dalam misi tersebut sudah tentu 13 orang tersebut tidak akan semuanya bertahan hidup. Dan yang bisa dipastikan bertahan hidup adalah orang yang menjadi pemimpin sekaligus orang yang merekrut 12 orang lain untuk membantunya menjalankan misi tersebut. Memang plot seperti itu sudah bukan lagi hal baru. Beberapa film baik yang baru seperti "Bodyguard & Assassins) sampai yang masuk kategori klasik macam "Seven Samurai" dan remake Holly-nya (Magnificent Seven" kesemuanya menggunakan pola cerita seperti itu. Walaupun ceritanya kurang frsh, kelebihan film macam ini adalah pada bagian saat misi itu dijalankan. Bagaimana adegan aksi yang ada ditampilkan apakah seru atau tidak.

Film ini ber-setting pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa Ieyoshi yang merupakan Shogun Jepang yang terakhir. Pada saat itu, Jepang sedang berada dalam masa damai dimana para samurai tidak lagi mengangkat pedang mereka untuk bertempur mengorbankan hidup mereka. Tapi dibalik kedamaian tersebut ternyata ada pihak yang menimbulkan keresahan dan berpotensi membangkitkan era peperangan. Dia adalah Naritsugu (Goro Inagaki) yang merupakan adik tiri dari Shogun Tokugawa Ieyoshi. Merasa dirinya kebal hukum, Naritsugu dengan seenaknya membantai banyak orang. Kemudian tersiar kabar bahwa Naritsugu akan dilantik sebagai petinggi. Hal itu tentunya menimbulkan keresahan. Tidak sanggup menindak Naritsugu secara hukum, salah seorang penasehat Shogun, Doi Toshitsura meminta bantuan seorang samurai senior bernama Shimada Shinzaemon (Koji Yakusho) untuk membunuh Naritsugu.

4 komentar :

Comment Page:

HOBO WITH A SHOTGUN (2011)

2 komentar

Tahun lalu "Machete" karya Robert Rodriguez jadi film pertama yang diangkat berdasarkan salah satu dari 5 trailer palsu yang ditampilkan pada film Grindhouse-nya Tarantino dan Rodriguez. Dan setahun berselang film kedua berbasis dari trailer tersebut kembali dirilis. Kali ini yang dibuat adalah "Hobo With a Shotgun" yang disutradarai oleh sutradara asal Kanada, Jason Eisener. Berbeda dengan "Machete" yang mempertahankan Dany Trejo sebagai pemeran utama sama dengan trailernya, kali ini Rutger Hauer menggantikan Dave Brunt untuk berperan sebagai sang gelandangan bersenjatakan shotgun. Apakah gelandangan dengan shotgun ini bisa menyaingi kegilaan dan kualitas dari pria Mexico gondrong dengan goloknya?

Seorang gelandangan/Hobo tua tanpa nama (Rutger Hauer) sedang melakukan perjalanan di suatu kota. Hidupnya sehari-hari memang tidak pernah tentu dan tinggal dijalan dengan membawa kereta belanjaan sebagai tempat menyimpan semua barang-barangnya. Hobo itu memasuki kota "Hope Town" dengan membawa harapan untuk hidup baru yang lebih baik. Tapi harapan itu musnah setelah menyaksikan bahwa kota tersebut ternyata adalah kota yang sudah dikuasai oleh The Drake (Brian Downey) yang gila dan kejam. The Drake bersama kedua anaknya Slick (Gregory Smith) dan Ivan (Nick Bateman) tidak segan membunuh dan membantai orang yang tidak mereka sukai hanya untuk kesenangan dan tidak ada seorangpun yang berani melawan.

2 komentar :

Comment Page:

MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK (2010)

Tidak ada komentar

Film yang disutradarai oleh Lola Amaria ini adalah salah satu bukti bahwa penonton Indonesia masih kurang bisa menghargai film bermutu. Hal itu terlihat dari kurang berhasilnya film ini dari segi pendapatan yang terlihat dimana film ini tidak bertahan lebih dari 2 minggu di bioskop. "Minggu Pagi di Victoria Park" menampilkan sebuah drama yang tidak hanya menggambarkan kehidupan para TKW tapi juga menyinggung hubungan keluarga yang sering diisi ketidak harmonisan didalamnya.


Mayang (Lola Amaria) adalah gadis desa yang bekerja sebagai TKW di Hong Kong. Mayang tidak hanya bertujuan untuk bekerja disana, tapi dia juga diperintahkan oleh ayahnya untuk mencari Sekar (Titi Sjuman), adiknya yang juga bekerja disana dan sudah lama tidak terdengar kabarnya. Mayang sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai sang adik yang selalu dibangga-banggakan oleh ayahnya sedangkan Mayang memang diperlalukan kurang adil oleh ayahnya. Mayang termasuk TKW yang beruntung karena majikan tempat dia bekerja sangat baik dan perhatian pada Mayang. Beberapa lama di Hong Kong Mayang mulai berhasil beradaptasi dan berteman baik dengan TKW lainnya.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

GOODFELLAS (1990)

3 komentar

Saya selalu menyukai film-film bertema crime termasuk yang mengangkat kehidupan para gangster ataupun mafia tapi dengan catatan film itu bisa merangkum berbagai macam aspek yang ada dengan seimbang dan padat. Dua film pertama "The Godfather" khususnya yang pertama adalah contoh terbaik dimata saya. Durasi film yang panjang tidak membuat saya bosan tapi malah berhasil membuat saya terikat akan cerita yang disuguhkan disana. Sedangkan contoh yang gagal atau kurang berhasil adalah film ketiga "The Godfather" yang terasa begitu membosankan akibat ceritanya yang terlalu condong kearah drama dan tidak seimbang padahal durasinya nyaris 3 jam. "Goodfellas" sendiri membuat saya ingin membandingkan film ini dengan "The Godfather" karena beberapa faktor.

Adanya nama Robert De Niro yang pernah memerankan tokoh Vito Corleone muda di film kedua Godfather jadi faktor pertama. Saat itu dia berhasil meraih Oscar untuk "Best Supporting Actor". Faktor kedua adalah ditinjau dari judulnya, film garapan Martin Scorsese ini agak mirip dengan film legendari dari Francis Ford Coppola tersebut. Dan yang terakhir adalah secara kebetulan "Goodfellas" dan "The Godfather: Part III" dirilis pada tahun yang sama dan keduanya mendapat beberapa nominasi Oscar yang sama termasuk untuk "Best Picture" dan "Best Director".

3 komentar :

Comment Page:

LOVE IN PERTH (2010)

Tidak ada komentar

Dalam menonton film lokal, biasanya saya lebih ketat dalam memilih film mana yang akan saya tonton. Biasanya adalah film yang bisa menembus festival internasional bahkan sampai mendapat penghargaan atau minimal menang di ajang penghargaan lokal. Tapi kali ini saya mencoba "nekat" untuk menonton film yang tidak memenuhi kriteria tersebut. "Love in Perth" memang memenangi penghargaan tapi "hanya" sebagai Soundtrack favorit di Indonesian Movie Awards 2011. Sebuah hal yang wajar mengingat 3 pemeran utama film ini semuanya adalah penyanyi. Saya sendiri juga ingin tahu bagaiman Gita Gutawa dan Petra Sihombing berakting dalam debut film mereka ini. Selain mereka berdua ada juga Derby Romero. Bedanya, Derby sudah pernah berakting di layar lebar sebelumnya (Petualangan Sherina, Janus: Prajurit Terakhir) walaupun dalam kedua film tersebut Derby masih bocah.

Lola (Gita Gutawa) adalah gadis Jakarta yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan SMA di Perth, Australia. Dalam perjalanan menuju Perth, Lola bertemu dengan pria bernama Dhani (Derby Romero) yang ternyata juga bersekolah ditempat yang sama. Dhani sendiri adalah anak yang sombong dan nakal. Karena kesombongannya itulah diawal pertemuan dia meremehkan Lola dan sering bertengkar dengannya. Pertengkaran itu masih tetap berlanjut sesampainya mereka di Perth. Disisi lain Lola juga mulai dekat dengan Ari (Petra Sihombing) yang punya sifat bertolak belakang dengan Dhani. Ari adalah pria yang baik dan memperhatikan Lola. Cinta segitiga akhirnya mulai tumbuh saat lama kelamaan Lola dan Dhani menjadi akrab dan saling mencintai satu sama lain.

Tidak ada komentar :

Comment Page: