REAL STEEL (2011)

1 komentar
Trilogi "Transformers" seolah mengatakan bahwa untuk membuat sebuah film tentang pertempuran antar robot yang menghibur yang diperlukan hanyalah spesial efek megah dan ledakan-ledakan serta pertempuran global besar-besaran antar robot. Berbagai macam aspek dilupakan khususnya adalah "hati". Film Michael Bay tersebut bolehlah sangat berhasil menyuguhkan efek peperangan antar robot yang megah, tapi trilogi tersebut tidak memiliki hati. Hal itu sepertinya disadari juga oleh Steven Spielberg sang executive producer. Maka dari itu untuk proyek film robotnya yang satu ini dia mencoba membuat film robot yang juga mempunyai hati dan meninggalkan kesan mendalam bagi penontonnya. Maka direkrutlah sutradara Shawn Levy yang terbiasa mengarahkan film drama komedi keluarga. Berhasilkah upaya tersebut?

Charlie Kenton (Hugh Jackman) adalah mantan petinju yang kini hidupnya selalu dikejar para penagih hutang. Charlie sekarang hanya mengandalkan penghasilannya dari pertarungan tinju robot dimana dia hanya memiliki sebuah robot rongsokan, dan dia sendiri tidak begitu baik dalam bisnis ini. Hutangnya makin membengkak setelah Charlie selalu gagal dan kalah dalam pertarungan robot. Hubungannya dengan Bailey Tallet (Evangeline Lilly) juga mulai memburuk karena hal ini. Keadaan nampaknya akan makin memburuk bagi Charlie setelah ia harus menjaga anaknya yang berusia 11 tahun, Max (Dakota Goyo). Tapi ternyata kehadiran Max dalam hidupnya membuat Charlie mulai bangkit dari keterpurukan dan menatap keberhasilan dalam dunia tinju robot.

1 komentar :

Comment Page:

SALO, OR THE 120 DAYS OF SODOM (1975)

17 komentar
Ketertarikan saya akan film ini bukan dikarenakan banyak yang mengatakan kualitas dari film terakhir karya Pier Paolo Pasolini ini bagus tapi lebih karena banyak yang mengatakan film ini mengandung adegan-adegan disturbing yang bahkan membuat film ini di-banned di berbagai negara. Tidak hanya itu cerita yang mengiringi film ini. Kematian tragis sang sutradara yang dibunuh beberapa hari sebelum film ini rilis juga ikut menambah sisi kontroversi dan rasa penasaran saya akan film yang ceritanya diangkat dari sebuah buku berjudul "The 120 Days of Sodom".

Saya tidak perlu panjang-panjang menuliskan sinopsis film ini karena secara keseluruhan kisah "Salo" hanyalah mengenai para penganut fasis yang kaya raya yang menyekap 9 remaja putera dan 9 remaja puteri. Dalam penyekapan disebuah rumah yang sangat besar itu, keempat penganut fasis tersebut dibantu beberapa orang pelacur senior melakukan segala bentuk penyiksaan fisik dan mental, pemerkosaan dan segala bentuk perlakuan-perlakuan tidak senonoh lainnya. Sesuai dengan apa yang dikatakan segala bentuk penyiksaan yang ditampilkan di film ini memang cukup disturbing dan tidak mudah diikuti. Tapi sebenarnya "Salo" bukanlah film paling menjijikkan sepanjang masa tapi memang salah satu yang paling "gila" saat itu (tahun 70an).
Sebenarnya film ini tetap mencoba sopan sekaligus nyeni dalam menampilkan segala adegan gila tersebut. meskipun menjijikkan tapi tidak terasa kesan murahan dalam film ini bahkan dalam adega paling menjijikkan sekalipun (makan kotoran manusia?). Ending film ini juga cukup gila dan sadis walaupun tidak ditampilkan secara gamblang layaknya torture movie yang rilis pada masa ini tapi tentunya pada masa itu adegan-adegan tersebut sudah bisa dibilang sinting.

Diluar adegan-adegan menyesakkan tersebut "Salo" bukanlah film yang bagus menurut saya. Banyak adegan-adegan yang gagal penyampaiannya dan jatuhnya membosankan dan tidak jelas. Adegan storytelling yang diulang berkali-kali juga menarik saat pertama muncul tapi begitu yang ketiga dan seterusnya jadi makin membosankan. Sebuah adegan storytelling mengenai seks yang sama sekali tidak menggairahkan. Terlalu banyak adegan-adegan yang buruk eksekusinya dan tidak jelas maksudnya. Mungkin sang sutradara bermaksud bermetafora tapi jatuhnya malah terlihat tidak rapih dan tidak enak ditonton. Hal itu amsih ditambah akting pemainnya yang kurang. Mungkin "Salo" memang menyuguhkan adegan-adegan sinting di jaman itu, tapi untuk sekarang film ini hanya "cukup gila" dan sisanya membosankan juga sangat-sangat kurang.


17 komentar :

Comment Page:

THE TROLL HUNTER (2011)

Tidak ada komentar
"Cloverfield" versi Norwegia adalah sebutan yang tidak berlebihan bagi film ini. Film karya sutradara André Øvredal ini memang menyuguhkan hal yang kurang lebih sama dari "Cloverfield" yaitu kisah manusia melawan monster raksasa yang dikemas dalam konsep mockumentary atau found footage . Bedanya jika "Cloverfield" bercerita tentang monster yang murni kahayalan, sedangkan film ini mengisahkan perburuan terhadap Troll yang memang telah menjadi sebuah mitologi dan legenda bangsa Skandinavia. Tentunya hanya dengan membaca judulnya kita sudah bisa menebak bahwa film ini akan berkisah mengenai seorang pemburu troll yang akan mengajak kita mengikuti petualangannya dalam memburu troll di pedalaman dan pegunungan di Norwegia.

Dikisahkan Thomas, Johanna dan Kalle adalah 3 orang mahasiswa sedang membuat film dokumenter yang isinya meliput mengenai seseorang yang menjadi tersangka penembakan beruang. Pria bernama Hans itu memang pada awalnya sulit diajak bekerja sama untuk dimintai informasi.Walaupun begitu mereka bertiga tetap tidak menyerah dan terus mengikuti kemana Hans pergi hingga suatu malam mereka sampai ke sebuah hutan. Dalam hutan itulah akhirnya mereka mendapati bahwa Hans ternyata bukanlah seorang pemburu beruang ilegal melainkan seorang pemburu troll dan sialnya saat itu ada troll yang sedang mengamuk. Setelah selamat dari amukan troll tersebut akhirnya Hans setuju untuk memfilmkan kegiatannya berburu makhluk raksasa yang ganas, jelek dan bodoh tersebut. Kita sebagai penonton akhirnya akan diajak juga menelusuri jejak-jejak troll sekaligus berburu dan mengetahui lebih dalam tentang makhluk tersebut.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

IN JULY (2000)

3 komentar
"In July" atau yang punya judul asli "Im Juli" adalah sebuah kejutan bagi saya. Sinema Jerman yang biasanya lekat dengan film tentang peperangan atau drama yang punya tone gelap ternyata mampu membuat sebuah romantic-comedy-road movie yang menyenangkan seperti ini. Pesona yang dimiliki film karya sutradara Fatih Akin ini ternyata jauh melebihi mayoritas film romcom yang pernah saya tonton khususnya rilisan Hollywood yang makin kesini makin garing saja. Keberhasilan menggabungkan unsur komedi romantis yang ringan dengan road movie yang menyimpan banyak kejutan adalah daya pikat utama film ini.

Daniel (Moritz Bleibtreu) adalah seorang guru fisika yang naif dan kehidupannya monoton. Bahkan disaat liburan musim panas dimana semua orang berlibur dia memilih tetap tinggal di Hamburg. Walaupun begitu Daniel ternyata mempunyai seorang penggemar rahasia yaitu seorang gadis bernama Juli (Christiane Paul). Kesempatan mereka berbicara akhirnya datang suatu hari. Juli yang berjualan disebuah lapak kecil menjual sebuah cincin dengan lambang matahari dari suku maya. Cincin tersebut dikatakan memiliki kekuatan magis yang mampu membawa orang yang memakainya bertemu dengan gadis yang akan menjadi jodohnya dan gadis tersebut akan memiliki simbol matahari yang sama. Juli juga mengundang Daniel datang ke pesta di malam harinya.

3 komentar :

Comment Page:

WALL STREET (1987)

Tidak ada komentar
Saya lebih dulu menyaksikan "Wall Street: Money Never Sleeps" yang merupakan sekuel film ini dan rilis tahun 2010 lalu. Alih-alih mendapat sajian drama yang padat dan memberikan pengetahuan-pengetahuan kepada saya yang awam tentang dunia saham dan wall street, sekuel yang berjarak 23 tahun dari film pertamanya itu malah berasa seperti sebuah drama keluarga yang dibungkus dengan setting dunia ekonomi. Memang bukan sebuah film yang buruk tapi hanya meninggalkan kesan biasa saja. Film keduanya itu juga malah terasa hanya sebagai sebuah drama mengenai anak yang berharap mendapat kasih sayang dari sang ayah lalu berakhir happy ending.

Kembali ke film pertamanya, "Wall Street" bercerita tentang seorang broker saham muda bernama Bud Fox (Charlie Sheen) yang berambisi untuk bisa mencapai keberhasilan dalam karirnya dan mendapatkan kekayaan. Untuk mencapai ambisinya tersebut, Bud Fox berusaha mendekati seorang pialang saham ternama yang juga menjadi idolanya, Gordon Gekko (Michael Douglas). Bud Fox berusaha mendapatkan kepercayaan Gekko supaya dirinya bisa bekerja sama dengannya. Usaha Bud Fox tidak sia-sia karena lama kelamaan Gekko tertarik dengan kemampuannya dan mulai memberikan kepercayaan pada Bud Fox dalam menangani bisnisnya. Bud Fox sendiri mulai merintis kesuksesan berkat bantuan dari Gekko. Sampai akhirnya dia mulai menyadari bahwa Gekko adalah orang yang murni serakah dan tanpa perasaan menghancurkan perusahaan-perusahaan yang dia mau.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

BRIGHT STAR (2009)

Tidak ada komentar
Saya memang bisa menikmati semua genre film, walaupun ada genre yang sulit saya nikmati seperti dance, tapi setidaknya dari genre tersebut ada sedikit film yang bisa menghibur saya contohnya "Step Up 3D" atau "Street Dance". Tapi tidak begitu dengan period drama yang meskipun telah melahirkan film-film dengan review kritikus positif macam "Sense and Sensibility" sampai "Pride & Prejudice" saya tetap kurang bisa menikmati jalinan kisahnya. Paling banter hanya set, kostum dan akting pemainnya saja yang bisa menghibur saya dalam film seperti itu. Sedangkan aspek lain seperti cerita,jalinan asmara antar karakter, dialog sampai karakterisasi tiap tokohnya saya seperti merasa kurang sreg.

"Bright Star" sendiri masuk dalam daftar tonton saya setelah membaca banyak review dan ulasan yang menyebut film ini adalah film yang puitis. Hal itu membuat saya penasaran bagaimana jadinya sebuah period drama bisa jadi film yang puitis. Bicara soal puitis, film ini memang menceritakan kisah hidup John Keats, seorang pujanggan yang hidup dari tahun 1795 hingga kematiannya di usia muda (25 tahun) pada 1821. Film ini sendiri bersetting pada 3 tahun terakhir dalam hidup Keats. Saat itu Keats yang diperankan oleh Ben Whishaw dikenal sebagai seorang pujangga yang gagal dan puisi romance buatannya dicaci oleh para kritikus seni. Hal itu membuatnya kesulitan uang dan dililit hutang.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

MELANCHOLIA (2011)

2 komentar
Kata "melancholia" yang jadi judul film ini bisa dilihat menjadi 2 makna. Yang pertama adalah sebagai nama sebuah planet berwarna biru yang mulai mendekati Bumi dan berpotensi besar akan menabrak sekaligus menghancurkan Bumi (dan akhirnya memang terjadi, dan ini bukan spoiler). Yang kedua adalah sebagai sebuah penyakit depresi yang membuat penderitanya menjadi putus asa dan merasakan tidak ada harapan lagi dalam kehidupannya bahkan menjauh dari masyarakat. Penyakit kejiwaan itu adalah penyakit yang dialami oleh Justine, tokoh yang di film ini diperankan oleh Kirsten Dunst (yang memberinya Best Actress di Cannes). Lars von Trier sendiri lebih menekankan "Melancholia" sebagai kisah manusia melawan depresi dan bencana yang dialami dibandingkan fokus pada planet yang akan menghancurkan Bumi.

Film ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama yang berjudul "Justine" mengisahkan Justine (Kirsten Dunst) dan Michael (Alexander Skarsgard) yang akan menjalani resepsi pernikahan mereka yang mewah. Pernikahan itu sendiri dirancang dan dibiayai oleh adik Justine, Claire (Charlotte Gainsbourg) dan suaminya, John (Kiefer Sutherland). Pesta tersebut sayangnya tidak berjalan lancar bahkan cukup berantakan akibat berbagai hal mulai dari keterlambatan Justine dan Michael, keributan kecil yang dibuat oleh ayah dan ibu Justine dan membuat suasana kurang menyenangkan, hadirnya bos Justine yang rakus, serta beberapa hal lain yang membuat Justine sendiri menjadi takut, cemas dan meragukan pernikahannya. Saat itu juga Justine melihat sebuah bintang yang jauh lebih terang daripada bintang lainnya.

2 komentar :

Comment Page:

CARS 2 (2011)

2 komentar
Saat mengetahui bahwa Pixar berencana merilis sekuel film "Cars" saya sedikit pesimistis mengingat film pertamanya tidak hanya menjadi film Pixar dengan keuntungan paling kecil (bukan pendapatan) tapi juga karena film tersebut jadi film Pixar dengan kualitas yang meskipun masih bisa dikategorikan menghibur tapi dibandingkan film Pixar lainnya, "Cars" adalah yang paling lemah. Hal tersebut bisa dilihat juga melalui prestasi film ini di ajang Oscar yang tidak memenangkan satupun kategori bahkan "Best Animated Film" sekalipun yang biasanya selalu diraih Pixar ("Monster, Inc." juga gagal tapi bisa dimaklumi karena dikalahkan oleh "Shrek" yang juga bagus, dan masih bisa menang di "Best Original Song"). Apakah sekuelnya ini bisa menjadi lebih baik atau kekhawatiran saya terbukti?

Film kedua ini ternyata lebih memberikan porsi kepada Mater si mobil derek karatan ketimbang untuk Lightning McQueen yang di film ini telah menjadi juara balapan Piston Cup selama 4 kali beruntun. Kali ini McQueen akan berpartisipasi pada sebuah kejuaraan balap bertitel World Grand Prix, sebuah kejuaraan yang digelar oleh Miles Axlerod yang merupakan penemu bahan bakar alternatif bernama "alinol" dan mewajibkan semua peserta lomba memakai bahan bakar tersebut. Dalam kejuaraan ini McQueen mempunyai saingan berat yaitu mobil formula one Italia bernama Francesco.

2 komentar :

Comment Page:

CHICO & RITA (2011)

Tidak ada komentar
Sebuah kisah cinta yang memiliki segalanya mulai dari romantisme, ratapan, perpisahan, pertemuan dan kebahagiaan karena perjalanan cinta itu sendiri. Sebenarnya hal-hal tersebut disuguhkan secara lengkap oleh duo stradara Fernando Trueba dan Javier Mariscal dalam film animasi unik  yang satu ini. Kisah cinta antara seorang pianis muda bernama Chico dengan penyanyi wanita dengan suara emas bernama Rita adalah isi ceritanya. Alunan musik latin yang romantis jadi pembalut kisahnya. Animasi yang tidak ditampilkan secara megah dan detail tapi malah lebih seperti gambar-gambar dalam buku mewarnai anak SD justru jadi keunikan yang membedakan film ini dengan animasi lainnya sekaligus menjadi penyegar karena ditambah juga dengan nuansa dan konten yang dewasa dan jauh dari konsumsi anak-anak.

Dikisahkan Chico adalah seorang pianis muda berbakat baik dalam memainkan lagu sampai mencipta lagu. Pertemuannya dengan Rita, penyanyi bersuara emas membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Sepertinya kisah mereka akan berjalan manis setelah satu malam yang indah dan berujung pada Chico membuat sebuah lagu yang dia beri judul "Rita". Tapi nampaknya takdir tidak semudah itu dalam menyatukan mereka. Berbagai rintangan dari berbagai arah selalu membuat mereka sulit untuk terus menjalin cinta.Kisah cinta yang berawal dari Kuba ini berlanjut hingga New York bahkan Las Vegas. Bagaimanakah akhirnya cinta keduanya berujung?

Tidak ada komentar :

Comment Page:

REQUIEM FOR A DREAM (2000)

7 komentar
Film kedua dari Darren Aronofsky ini mengeksplorasi alam dan dunianya para pecandu narkoba. Menyoroti kehidupan 4 orang pecandu narkoba yang punya kaitan satu sama lain, "Requiem for a Dream" dibagi menjadi 3 fase yaitu saat "summer", "fall" dan ditutup saat "winter". Dikisahkan Sara Goldfarb (Ellen Burstyn)  adalah wanita yang bisa dibilang sudah menjelang usia lanjut dan tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal dan anaknya, Harry (Jared Leto) sudah tidak tinggal bersama dia. Sara yang kesehariannya diisi dengan menontin televisi punya obsesi untuk tampil di televisi juga. Sampai dia mendapat telepon yang mengabarkan bahwa dirinya berkesempatan untuk tampil di sebuah game show televisi. Sara yang begitu bersemangat berkeinginan tampil cantik di acara tersebut dengan menggunakan gaun merah kesukaan suaminya saat mereka muda dulu.

Tapi apa daya gaun itu sekarang sudah tidak muat. Dari situlah awal Sara mengkonsumsi pil diet supaya bisa memakai baju tersebut. Sedikit demi sedikit ketergantungan Sara terhadap pil itu mulai bertambah. Sedangkan Harry anaknya kini bukan hanya sekedar pecandu narkoba tapi mulai merambah sebagai penjual bersama temannya Tyrone (Marlon Wayans). Uang hasil penjualan tersebut akan dia gunakan untuk membuka usaha butik bersama pacarnya, Marion (Jennifer Connelly) yang juga seorang pecandu. Lama kelamaan tingkat kecanduan keempat orang tersebut makin menjadi dan mendatangkan masalah demi masalah yang bisa menghancurkan kehidupan mereka.

7 komentar :

Comment Page:

DRIVE (2011)

1 komentar
Pria berambut pendek pirang, berwajah misterius cenderung datar, memakai jaket satin dengan gambar kalajengking di bagian punggung dan sarung tangan kulit mengendarai mobil di jalanan kota Los Angeles. Siapakah dia? Pria tanpa nama yang hanya dikenal dengan sebutan "Driver" tersebut adalah karakter film paling keren di tahun ini. Ryan Gosling adalah sosok yang memerankan sang Driver dalam film heist garapan sutradara Nicolas Winding Refn yang sukses membuatnya meraih "Best Director" dalam Cannes Film Festival 2011. Gaya kalem dan misterius yang dia perlihatkan sepanjang film memang luar biasa keren bagi saya. Apa keseluruhan filmnya juga sekeren itu?

Driver seperti namanya memang kehidupannya diisi dengan pekerjaan yang tidak pernah jauh dari mobil dan menyetir. Dari luar dia adalah seorang stuntman khusus adegan yang melibatkan mobil. Selain itu dia juga bekerja sebagai montir di bengkel milik Shannon (Brian Cranston). Tapi dibalik itu semua, dia adalah getaway driver yang kerjanya membantu perampok untuk melarikan diri setelah melakukan perampokan. Driver ini punya aturan unik yaitu si perampok hanya diberi waktu 5 menit untuk melakukan aksinya. Lebih dari itu si perampok harus berusaha kabur sendiri. Tapi jika bisa memenuhi batas waktu tersebut bisa dipastikan keamanannya terjamin karena Driver yang satu ini memang paling hebat dan tidak pernah gagal dalam aksinya.

1 komentar :

Comment Page:

RED, WHITE & BLUE (2010)

Tidak ada komentar
Pergulatan hati manusia yang tengah dilanda kegundahan dan kesedihan hingga level yang amat dalam adalah sajian utama film ini. Kisah 3 orang yang kesemuanya pernah dan sedang menghadapi fase kehidupan yang amat berat dan suram ternyata bukan hanya sulit untuk ditonton tapi juga sulit untuk dibuat menjadi film secara memuaskan. Setidaknya hal itulah yang saya tangkap setelah menonton film garapan sutradara Simon Rumley ini. Bercerita mengenai Erica (Amanda Fuller), Nate (Noah Taylor) dan Franki (Marc Senter) yang masing-masing saling mempunyai hubungan yang mulai menyambung disaat mereka tengah mengalami cobaan luar biasa dalam hidup mereka.

Erica adalah seorang gadis yang hampir tiap malamnya dihabiskan untuk minum sendirian di bar sembari menanti ada pria yang mendekati lalu mengajaknya berhubungan seks. Erica sendiri adalah gadis yang seolah hidupnya diisi dengan kemurungan dan kebahagiaan semu yang didapat setelah dia berhubungan seks dengan lelaki yang berbeda tiap malam. Erica sendiri melakukan itu akibat masa lalunya yang memilukan. Erica sebenarnya tidak sendiri karena ada Nate yang sebenarnya mencintai Erica dengan tulus dan tidak hanya mengejar seks belaka.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

ATTACK THE BLOCK (2011)

2 komentar
Bosan dengan film tentang invasi alien "megah" yang selalu bercerita mengenai alien yang datang untuk menguasai Bumi dengan segala teknologi canggih (tapi aliennya bodoh) kemudian dilawan oleh militer Amerika (seolah hanya mereka yang mampu) dan akhirnya berkat aksi heroik salah satu anggotanya yang tentu saja berbekal persenjataan berat mampu mengusir atau menghabisi alien tersebut? Jika jawabannya "Ya" maka film British yang merupakan debut dari Joe Cornish ini adalah alternatif tontonan yang sangat menghibur.

Berlokasi di London Selatan yang jauh dari kesan mewah, Sam (Jodie Whittaker) yang sedang dalam perjalanan pulang dihadang oleh sekelompok pemuda: Pest (Alex Esmail), Dennis (Franz Drameh), Jerome (Leeon Jones), Biggz (Simon Howard), dan sang ketua, Moses (John Boyega). Mereka berlima memang sudah menunggu seseorang lewat untuk dirampok. Tapi ditengah perampokan tersebut tiba-tiba saja mereka dikagetkan dengan jatuhnya sesuatu dari langit yang menciptakan ledakan mirip petasan super besar dan jatuh diatas sebuah mobil. Tanpa diduga dari dalam mobil tersebut muncul sesosok makhluk buas yang menyerang Moses. Tidak terima karena wajahnya sudah terluka, Moses dan keempat temannya mengejar makhluk tersebut dan akhirnya berhasil membunuhnya. Tapi mereka tidak menduga bahwa hal tersebut akan membawa makhluk-makhluk lain yang lebih besar, ganas dan akan segera menuju ke daerah tersebut.

2 komentar :

Comment Page:

PAPRIKA (2006)

1 komentar
Sebuah film yang bermain-main dengan alam mimpi, isi pikiran ataupun fantasi tokoh-tokohnya biasanya mempunyai tingkat imajinasi yang tinggi. Salah satu yang masih segar di ingatan tentunya "Inception" yang mengeksplorasi tingkatan mimpi manusia. Tapi tahukah kalian jika salah satu film yang paling menginspirasi Nolan dalam membuat "Inception" adalah sebuah animasi Jepang garapan sutradara/animator legendaris Satoshi Kon yang rilis tahun 2006 atau 4 tahun sebelum karya Nolan tersebut? Film berjudul "Paprika" ini diaukui Nolan jadi salah satu inspirasinya dalam menerapkan unsur-unsur petualangan didalam mimpi manusia.

Sama seperti "Inception", Satoshi Kon dalam film ini juga memperkenalkan kita pada sebuah alat bernama "DC Mini" yang bisa membuat seseorang memasuki mimpi orang lain, bahkan orang itu bisa melihat mimpinya sendiri yang telah terekam disaat dia bangun. Alat ciptaan Doktor Kosaku Tokita ini sebenarnya masih dalam tahap pengembangan dan belum benar-benar sempurna. Tapi demi membantu orang-orang yang mengalami permasalahan psikologis khususnya rasa cemas dan takut yang berlebihan, Doktor Atsuko Chiba menggunakan alat tersebut untuk masuk kedalam mimpi seseorang guna melakukan terapi lewat mimpi dimana didalam mimpi sang klien dirinya menggunakan alter ego bernama Paprika yang baik penampilan maupun kepribadiannya sangat berbeda dengan Atsuko. Sampai suatu hari alat-alat tersebut dicuri dan akan sangat berbahaya jika disalahgunakan karena lewat alat tersebut seseorang bisa mengontrol pikiran orang lain melalui mimpinya sehingga bisa berdampak buruk dalam kehidupan nyatanya.

1 komentar :

Comment Page:

OF GODS AND MEN (2011)

Tidak ada komentar
Diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi pada 1996, sutradara Xavier Beauvois lebih memilih melakukan pendekatan secara religius daripada menyinggung unusr politis atau aroma konspirasi yang sebenarnya cukup terasa dalam kejadian 15 tahun lalu tersebut. "Of Gods and Men" berkisah mengenai kehidupan para biarawan yang tinggal di Tibhirine, Aljazair berdampingan dengan masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam. Beauvois juga berhasil mengemas perbedaan kepercayaan yang terjadi dalam film ini dengan indah. Kehidupan mereka diawal film diceritakan sangat tentram dan harmonis. Masyarakat sekitar hampir tiap hari berobat ke klinik yang dikelola oleh salah satu biarawan, lalu disisi lain mereka juga tidak segan untuk mengajak para biarawan datang ke sebuah acara khitanan yang diadakan.

Bahkan ketua biarawan yang bernama Christian dalam kesehariannya cukup sering membaca Al Quran dan mengetahui berbagai macam isi serta amalan didalamnya. Bahkan kalimat "Insya Allah" sering terucap dari bibir Christian. Keharmonisan itu rusak disaat kelompok fundamentalis Islam bahkan kalangan pemerintah korup masuk kedalam kehidupan mereka semua dan mulai menekan dan merusak keharmonisan tersebut, Hingga akhirnya konflik tersebut akan berujung pada sebuah tragedi pada kemudian hari.

Tidak ada komentar :

Comment Page: