TRANSFORMERS: AGE OF EXTINCTION (2014)

Tidak ada komentar
Dengan pendapatan lebih dari $2.6 milyar hanya dalam tiga filmnya praktis membuat franchise film Transformers menjadi salah satu yang paling sukses. Kisah pertempuran para robot ini mungkin bukanlah film pujaan kritikus tapi jelas penonton menggilai film-film ini. Saya yakin hampir semua bioskop di seluruh Indonesia akan antri panjang selama berhari-hari bahkan mungkin berminggu-minggu saat ada film Transformers diputar. Namun setelah Dark of the Moon, sang sutradara Michael Bay menyatakan bahwa ia sudah tidak lagi bersedia memegang kendali pada film-film Transformers berikutnya. Hal tersebut main diperkuat saat Bay merilis film "kecil" Pain & Gain seolah memperlihatkan bahwa dirinya sedang tidak tertarik menyutradarai film raksasa dengan bujet ratusan juta dollar plus CGI dimana-mana.Tapi ternyata sebagai sutradara yang menomor satukan kepuasan penonton secara general (baca: money oriented) Bay pun bersedia untuk kembali menjadi sutradara dalam film keempat yang bertajuk Age of Extinction. Untuk aktornya sendiri sebagai pengganti Shia LaBeouf nama Jason Statham sempat digosipkan ambil bagian sebelum akhirnya Mark Wahlberg yang bergabung. Sedangkan Nicola Peltz meneruskan tongkat estafet dari Megan Fox dan Rosie Huntington-Whiteley sebagai eye candy film ini. Dengan bujet terbesar dalam sejarah franchise Transformers ($210 juta), Age of Extinction akan ber-setting empat tahun pasca film ketiganya.

Pertempuran antara Autobots dan Decepticon di Chicago yang dahsyat tersebut tidak hanya menghancurkan kota tapi juga memakan ribuan korban jiwa. Hal itulah yang membuat pihak dunia khususnya Amerika Serikat mulai memandang para Transformsers sebagai ancaman bagi umat manusia yang harus diburu. Dipimpin oleh agen CIA, Harold Attinger (Kelsey Grammer) perburuan terhadap Autobots dan Decepticon yang dilakukan pasukan CIA pun dilakukan. Banyak autobots yang pada akhirnya tewas di tangan mereka. Disisi lain, kita akan berkenalan dengan Cade Yeager (Mark Wahlberg), seorang penemu yang tinggal bersama puteri tunggalnya, Tessa (Nicola Peltz). Cade sendiri adalah penemu yang bisa dianggap gagal karena sampai saat ini dia belum menemukan hal yang berguna dan itu membuat kehidupan Cade dan Tessa dililit banyak hutang. Sampai tanpa sengaja Cade menemukan sebuah truk rongsokan yang sudah berkarat dan membawanya pulang dengan harapan bisa merubah truk tersebut menjadi temuan yang berguna. Tanpa disangka  truk rongsokan itu adalah Optimus Prime yang selama ini disangka telah menghilang. Cade pun berusaha membantu Optimus menyatukan kembali Autobots yang tersisa untuk kabur dari perburuan terhadap mereka.
Sekilas saja sudah terlihat bahwa Age of Extinction dibuat bukan murni sebagai sekuel ketiga, tapi sedikit memberikan reboot terhadap franchise ini. Jajaran cast yang sepenuhnya baru hingga jajaran robot yang juga banyak berubah adalah buktinya. Aspek ini bagi saya adalah hal paling positif dalam Age of Extinction. Mark Wahlberg jelas amat sangat jauh lebih tepat daripada Shia LaBeouf untuk menjadi lead actor dalam film ini. Dia lebih meyakinkan sebagai aktor laga, punya akting yang jauh lebih bagus, serta bisa menangani momen komedi tanpa harus terkesan norak dan dipaksakan. Jajaran pemain lainnya tidak jauh beda juga sebenarnya, termasuk Nicola Peltz yang makin membuktikan bahwa Michael Bay jago memilih sosok aktris yang sedap dipandang. Namun harus diakui kehadiran Wahlberg menjadi perubahan yang signifikan dan amat positif. Jajaran robot yang berubah juga cukup menyegarkan. Masih ada Optimus dan Bumblebee, tapi kita banyak mendapat sosok baru lainnya termasuk para Dinobots serta Lockdown yang menjadi musuh utama disini. Optimus sedikit lebih beringas disini dan itu positif karena sosoknya terlihat jauh lebih badass. Dinobots juga cukup memberikan hiburan meski muncul terlalu singkat. Sedangkan Lockdown memberikan pergantian suasana setelah selama ini kita hanya disuguhi Megatron sebagai villain utama. Tapi toh saya yakin di film kelima atau keenam Megatron akan kembali (sudah di-tease secara jelas di film ini)

Satu peningkatan lagi meskipun yang satu ini tidaklah terlalu signifikan adalah pengurangan kadar komedinya. Tentu saja saya tidak masalah dengan film aksi yang berbalut komedi asal ditangani dengan benar. Lihatlah Edge of Tomorrow yang bagus itu sebagai buktinya. Masalahnya, dua film Transformers terakhir, Revenge of the Fallen dan Dark of the Moon terlalu banyak menyuntikkan dosis komedi, dan parahnya semuanya tidak lucu, berlebihan dan terlalu bodoh. Hal tersebut merusak tone serta intensitas film secara keseluruhan. Dalam Age of Extinction, dosis komedinya diturunkan. Masih ada beberapa momen komedi tapi tidaklah terlalu konyol meski tidak lucu juga. Beberapa diantaranya mampu membuat saya tersenyum (tidak tertawa sama sekali) dan yang berhasil adalah yang melibatkan Mark Wahlberg dengan segala aksi posesifnya sebagai ayah. Ini dia usaha lain yang dilakukan penulis naskah Ehren Kruger untuk membuat filmnya lebih segar, yaitu mengganti hubungan percintaan Sam dan para wanita di sekitarnya dengan kisah ayah anak antara Cade dan Tessa. Tentu saja potensi drama ayah-anak jauh lebih besar, tapi toh ini naskah Ehren Kruger yang disutradarai Michael Bay. Jadi jika anda mengharapkan kisah ayah-anak yang dalam atau menyentuh maka harapan anda terlalu tinggi. Tentu saja dramanya datar dan tidak memberikan perbedaan apapun kecuali Wahlberg lebih bagus daripada Shia LaBeouf yang payah itu.
Mari kita lupakan juga ceritanya yang dangkal, karena bukan rahasia lagi kalau cerita dalam film-film Transformers itu bodoh dan punya banyak plot hole menganga tidak terkecuali film keempat ini. Lupakan juga fakta bahwa sebenarnya Age of Extinction punya cerita yang paling tidak jelas tujuannya bahkan jika dibandingkan Revenge of the Fallen, karena walaupun fim kedua itu berantakan, toh dasar alurnya jelas seperti yang tertulis di judulnya, pembalasan The Fallen. Sedangkan Age of Extinction? Entah ini berusaha memperlihatkan usaha Autobots kabur dari CIA, melawan Lockdown, melawan Galvatorn a.k.a Megatron yang tiba-tiba datang dan pergi seolah punya peran besar padahal tidak penting (setidaknya untuk film keempat) atau berusaha mencari rumah Michale Bay dan meledakkannya? Saya tidak tahu, dan lebih baik lupakan itu. Lupakan semua aspek-apek yang buruk itu seperti saya ingin melupakan Age of Extinction. Karena ini Michael Bay kawan! Film Michael Bay tidak akan punya semua itu termasuk otak, karena yang ia punya adalah efek CGI super canggih dan ledakan dimana-mana yang bersinergi menjadi rangkaian adegan aksi spektakuler. Lihat bujetnya yang mencapai diatas $200 juta dan keberadaan Dinobots, pasti ini menjadi yang terbaik dari Michael Bay bukan? Pasti adegan aksinya bakal menebus segala keburukan diatas dan membuat saya melupakan semua itu bukan? Sayangnya kali ini tidak!

Dalam review Dark of the Moon saya pernah berkata bahwa menonton film Bay yang guilty pleasure itu seperti menjual jiwa pada setan. Saya menjual segala selera film dan patokan-patokan film bagus pada Michael Bay demi kepuasan tak berotak yang ia berikan. Tapi tampaknya setan itu telah kehilangan sihirnya. Tampaknya Michael Bay sudah memberikan segala yang ia bisa di Dark of the Moon dan tidak akan bisa lebih spektakuler lagi meski didukung dana yang lebih besar. Ledakannya saya familiar. Pertempuran antar robot yang dipadu slo-mo sudah pernah saya llihat meski ada satu atau dua adegan yang cukup memikat tapi itu hanya 30 sampai 40% dari total adegan aksi. Sisanya? Membosankan. Saya tidak pernah menduga akan mengatakan ini dalam review film Michael Bay, tapi adegan aksinya membosankan. Tidak ada yang baru, karena pertempuran di tengah kota sudah sampai puncaknya di film ketiga. Mungkin sudah saatnya para Autobots bertempur di tempat yang baru semisal di luar angkasa. Semakin membosankan lagi akibat durasinya yang 165 menit (terlama diantara film Transformers lain) dan terasa seperti selamanya. Saya yakin saya menguap jauh lebih banyak daripada jumlah ekspresi yang dihadirkan oleh Jack Reynor di film ini. Saya tidak keberatan dengan film kelima, tapi Michael Bay harus diajuhkan sejauh mungkin karena Transformers puya potensi yang jauh lebih besar dari robot-robot bertarung selama dua setengah jam. Ada lebih banyak hal bisa dicapai franchise ini tapi tidak jika tetap dinahkodai Michael Bay.

Tidak ada komentar :

Comment Page: