THE RAID 2: BERANDAL (2014)

1 komentar
Ada dua film Indonesia yang paling saya tunggu tahun ini, yang pertama adalah Killers  garapan Mo Brothers yang rilis awal Februari lalu dan yang kedua adalah The Raid 2: Berandal milik Gareth Evans. Kedua film tersebut tidak hanya sama-sama dibuat oleh sutradara yang mumpuni tapi juga sama-sama menjadi official selection dalam Sundance Film Festival awal tahun ini. The Raid 2: Berandal merupakan sekuel yang sudah sangat dinanti menyusul kesuksesan The Raid baik di dalam maupun luar negeri dua tahun yang lalu. Uniknya, film ini awalnya akan dibuat oleh Evans setelah Merantau, bahkan sebuah teaser trailer sudah sempat dirilis. Namun karena faktor kesulitan dana, proyek Berandal pun ditunda dan Gareth Evans berpaling pada sebuah proyek yang berskala lebih kecil dan lebih murah, yaitu The Raid. Pasca kesuksesan besar The Raid yang memberikan standar baru dalam genre film action lewat kebrutalannya, tentu saja ekspektasi sangat tinggi membayangi sekuelnya. Menjanjikan sebuah tontonan dengan skala yang jauh lebih besar dibandingkan film pertama yang hanya berada dalam satu gedung, Berandal tidak hanya membawa kembali Iko Uwais sebagai Rama tapi juga mendapat tambahan suntikan nama-nama besar lain sebut saja Arifin Putra, Oka Antara, Tio Pakusadewo, Alex Abbad, Julie Estelle, sampai Yayan "Mad Dog" Ruhian yang juga kembali tapi memerankan karakter yang berbeda. Semua itu belum termasuk tiga aktor Jepang, Ryuhei Matsuda, Kenichi Endo, serta Kazuki Kitamura.


Kisah dalam Berandal dimulai dua jam setelah film pertamanya selesai, dimana Rama (Iko Uwais) yang masih penuh luka akibat pertarungan brutal yang baru ia jalani dipertemukan dengan Bunawar (Cok Simbara), kepala kepolisian bagian anti-korupsi. Dari situlah Rama mendapat sebuah misi undercover untuk mendekati Uco (Arifin Putra), putera tunggal dari Bangun (Tio Pakusadewo) yang merupakan pucuk pimpinan dari segala kriminalitas di Jakarta. Selama ini Bangun menjalankan aksi kriminalnya dengan bantuan gembong krimina dari Jepang bernama Goto (Kenichi Endo). Misi itu dilakukan untuk mencari informasi tentang para politikus serta petinggi kepolisian yang terlibat korupsi dan mendapat sogokan dari para kriminal tersebut. Untuk menjalankan misinya tersebut, Rama harus mendekam di penjara untuk mengambil perhatian dan mendekati Uco secara diam-diam guna mendapatkan kepercayaannya supaya bisa masuk lebih jauh kedalam bisnis dari Bangun. Tapi tentu saja misi tersebut tidak mudah, karena disisi lain ada juga gangguan dari Bejo (Alex Abbad), seorang gangster ambisius yang memiliki banyak pembunuh berdarah dingin di sekitarnya. Bejo jugalah yang diawal film diperlihatkan membunuh Andi (Donny Alamsyah), kakak Rama dan membuat Rama menyetujui misi itu guna bisa menemukan Bejo.

1 komentar :

Comment Page:

NEBRASKA (2013

Tidak ada komentar
Alexander Payne dikenal lewat film-film drama-komedi miliknya yang seringkali mengetengahkan sebuah konfik sederhana dalam sebuah keluarga, kisah road movie, atau gabungan dari keduanya. Tengok saja film-filmnya seperti About Shcmidt, Sideways sampai The Descendants, semuanya menghadirkan antara konfik keluarga maupun sebuah road movie pencarian makna hidup. Kehebatan Payne adalah ia bisa merangkum sebuah konfik yang amat sederhana menjadi lebih mendalam, rumit tanpa harus membingungkan, dan menghindarkannya dari kesan terlalu depresif meski kontennya kelam lewat sentuhan komedi. Tidak heran lewat kehebatannya tersebut Payne sudah meraih banyak keberhasilan termasuk dua piala Oscar untuk Best Adapted Screenplay serta tiga nominasi Best Director termasuk salah satunya yang ia dapatkan lewat Nebraska ini. Nebraska sendiri akan dengan mudah mengingatkan kita pada film Payne lainnya, yakni About Schmidt yang juga berkisah tentang seorang pria tua yang melakukan perjalanan. Mungkin karena itu jugalah Payne memilih memakai Bruce Dern sebagai aktor utama daripada Jack Nicholson yang sempat masuk shortlist guna menghindari makin banyak kesamaan antara kedua film tersebut. Film ini juga melanjutkan tren keberhasian film-film Payne sebelumnya dengan meraih enam nominasi Oscar termasuk Best Picture, Best Director, Best Original Screenplay, serta Best Actor dan Best Supporting Actress masing-masing untuk Bruce Dern dan June Squibb.

Woody Grant (Bruce Dern) adalah seorang pria tua renta yang telah beberapa kali "diamankan" oleh polisi karena kedapatan berjalan sendirian di jalan raya. Saat puteranya, David (Will Forte) menjemputnya, Woody mengatakan bahwa ia ingin berjalan menuju Nebraska yang jaraknya 1200 km untuk mengambil hadiah uang tunai senilai $1 juta yang ia menangkan lewat sebuah lotere. Tapi David tahu bahwa sang ayah sesungguhnya tidak memenangkan uang tersebut, karena selebaran yang diterima oleh Woody sebenarnya hanyalah sebuah promosi dari sebuah perusahaan majalah. Tapi segala omongan dari David sama sekali tidak digubris oleh Woody dan ia tetap terus nekat berjalan kaki menuju Nebraska. Bahkan sang istri, Kate (June Squibb) yang sudah tidak tahan dengan tingkah sang suami mengusulkan agar Woody dimasukkan ke panti jompo saja. Woody memang sudah kesulitan dalam berjalan, mendengar dan seringkali linglung. Akhirnya David memutuskan untuk mengantar sang ayah menuju Nebraska meski ia tahu bahwa sesampainya disana tidak akan ada sepeser uang pun yang dimenangkan oleh ayahnya. Seperti kebanyakan road movie, perjalanan David dan Woody selama beberapa hari inipun mulai mempengaruhi persepsi David akan sang ayah dan perlahan mulai merubah hubungan antara ayah dan anak tersebut.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

SNOWPIERCER (2013)

Tidak ada komentar
Pada tahun 2013 lalu, beberapa sutradara besar dari dunia perfilman Korea memulai debut mereka di Hollywood. Kim Ji-woon dengan The Last Stand yang menjadi penanda kembalinya Arnold Schwarzenegger, sedangkan Park Chan-wook membuat Stoker. Sayangnya, walaupun kedua film tersebut sama-sama punya kualitas yang baik, nyatanya secara komersial keduanya bisa dibilang gagal meraih keuntungan yang signifikan. Maka dari itu, Bong Joon-ho bisa dibilang menjadi harapan terakhir bagi sineas Korea untuk membuktikan diri bahwa mereka bisa menembus pasar internasional. Peluang Bong cukup besar, mengingat dia punya satu kelebihan yang tidak dimiliki oleh Kim Ji-woon maupun Park Chan-wook yang juga menjabat sebagai produser disini, yaitu kemampuan membuat film berkuaitas yang tetap mampu menarik penonton dalam jumlah besar. Hal tersebut sudah ia buktikan lewat The Host yang tidak hanya menjadi salah satu film monster terbaik tapi juga film terlaris di Korea sepanjang masa. Snowpiercer yang diadaptasi dari novel grafis berjudul Le Transperceneige ini juga didukung oleh bujet besar, pendistribusian luas oleh The Weinstein Company, serta deretan nama besar seperti Chris Evans, Song Kang-ho, Go Ah-sung, Jamie Bell, Tilda Swinton, Ed Harris, John Hurt, sampai Octavia Spencer.

Diceritakan, pada tahun 2014 dilakukan sebuah eksperimen untuk menghentikan pemanasan global. Tapi sayangnya eksperimen terebut malah berujung pada bencana global yang menyebabkan seluruh dunia tertutup salju dan kembali ke zaman ice age. Umat manusia pun berada diambang kepunahan, dimana yang berhasil bertahan hidup hanya mereka yang tinggal di dalam sebuah kereta super cepat bernama Snowpiercer. Kereta tersebut didesain sedemikian rupa hingga bisa mempunyai sebuah mesin yang disebut sebagai "mesin keabadian" yang sanggup membawa kereta tersebut berjalan memutari Bumi selamanya. Tapi nyatanya kehidupan dalam Snowpiercer tidaklah lebih baik, karena jurang pemisah yang begitu besar antara si kaya dan si miskin. Mereka yang kaya termasuk sang pembuat kereta, Wilford (Ed Harris) hidup mewah dan bahagia di gerbong depan, sedangkan gerbong belakang diisi oleh orang-orang miskin yang hidup menderita dibawah penindasan dan setiap hari hanya makan sebuah blok protein. Hingga akhirnya pada tahun 2031, para penghuni gerbong belakang ini berencana melakukan revolusi yang dipimpin oleh Curtis (Chris Evans). Tentu saja ini bukan hal yang mudah mengingat ada begitu banyak penjaga serta beberapa gerbang yang selalu dijaga dan terkunci rapat. Untuk itulah mereka meminta bantuan pada Namgoong Minsu (Song Kang-ho) yang tidak lain adalah orang yang membuat rangkaian pengaman antara tiap pintu gerbong. 

Tidak ada komentar :

Comment Page:

JOURNEY TO THE WEST: CONQUERING THE DEMONS (2013)

1 komentar
Siapa yang tidak tahu cerita Journey to the West? Cerita tentang perjalanan mengambil kitab suci ke Barat ini sudah begitu banyak diadaptasi ke dalam berbagai bentuk media termasuk film dan serial televisi. Di Indonesia sendiri adaptasi yang paling terkenal tentu saja adalah serial televisi Journey to the West yang tayang pada era 90-an. Cerita tentang bisku Tang Sanzang (kita lebih mengenalnya dengan nama Tong Sam Chong) yang melakukan perjalanan mencari kitab suci ke barat dengan bantuan ketiga murid silumannya termasuk Sun Wukong (Sun Gokong) begitu tenar pada saat itu dan disukai berbakai kalangan mulai dari anak-anak sampai dewasa. Saya ingat sekali pada saat SD dulu sering melakukan role play bersama teman-teman saya dan memeprebutkan peran sebagai Gokong, dan yang paling sial tentunya jika menjadi Chu Patkai sang siluman babi. Kali ini giliran Stephen Chow yang melakukan adaptasinya terhadap kisah tersebut. Tentu saja ini merupakan hal yang menarik karena kita mengenal Stephen Chow sebagai pembuat film-film instant classic macam Shaolin Soccer dan Kung Fu Hustle. Namun film terakhir yang ia sutradarai yaitu CJ7 memberikan kekecewaan. Bagi saya Chow paling jago dalam menghadirkan film gila yang terasa seru sekaligus lucu. Maka saat ia berusaha lebih sentimentil dalam CJ7 bagi saya itu tidaklah berhasil. Tentu saja materi dalam Journey to the West terasa cocok dengan kelebihan Chow tersebut yang menjadikan proyek ini jadi benar-benar saya nantikan.

Journey to the West: Conquering the Demons mengambil waktu disaat Tang Sanzang (Wen Zhang) masih belum menjadi biksu suci melainkan seorang pemburu siluman amatiran yang mengandalkan buku lagu anak-anak pemberian sang guru sebagai "senjata". Tapi meskipun berhati bersih dan memiliki niat mulia untuk menyadarkan siluman daripada membunuhnya seprerti kebanyakan pemburu siluman lain, kemampuan Tang Sanzang yang masih dangkal membuatnya kesulitan menghadapi para siluman yang sakti. Pada saat sedang menghadapi siluman ikan di sungai ia bertemu dengan seorang wanita pemburu siluman bernama Duan (Shu Qi). Duan sendiri adalah pemburu siluman yang sakti dengan bersenjatakan sebuah gelang emas. Pertemuan tersebut ternyata membuat Duan jatuh citna pada Tang dan membuatnya terus menggoda dan mengikuti Tang kemanapun termasuk saat ia mengejar siluman babi yang terkenal kuat dan kejam. Tapi Tang sendiri tidak bisa menerima cinta Duan karena ia beranggapan cinta antara pria dan wanita adalah cinta yang dangkal dan tidak seperti yang diajarkan oleh Buddha. Tang yang begitu ingin mengalahkan siluman babi akhirnya pergi atas petunjuk sang guru untuk mencari Sun Wukong (Huang Bo), siluman kera yang dikenal paling sakti namun sudah 500 tahun dipenjara oleh Buddha di sebuah gunung. Tang berharap Sun Wukong bersedia membantunya mengalahkan siluman babi tersebut.

1 komentar :

Comment Page:

NYMPHOMANIAC (2013)

23 komentar
Disamping kualitas yang mumpuni, film-film dari Lars Von Trier selalu ditunggu karena kontroversi yang mengiringi filmnya. Tentu saja saat dia mengumumkan akan membuat sebuah film bertemakan nymphomaniac atau sex addict yang juga merupakan penutup dari depression trilogy miliknya, saya tidak bisa untuk tidak menantikan film ini. Dua film pertama yang menjadi bagian dari trilogi depresi adalah Antichrist dan Melancholia, dua film yang benar-benar memancarkan aura depresi yang kuat meskipun mengambil fokus cerita yang berbeda. Antichrist adalah sebuah drama/horor psikologis tentang manusia yang berkutat dalam depresi karena rasa bersalahnya, sedangkan Melancholia merupakan cerita tentang manusia yang depresi menunggu datangnya hari kiamat. Jadi tidak ada yang lebih tepat lagi untuk menutup trilogi ini dibanding sebuah kisah tentang seorang sex addict yang berkutat dalam depresinya. Masih memasang nama Charlotte Gainsbourg yang selalu muncul dalam dua film Lars sebelumnya, Nymphomaniac juga punya segudang nama besar lainnya sebut saja Stellan Skarsgard, Shia LaBeouf, Jamie Bell, Uma Thurman, hingga Willem Dafoe. Nymphomaniac sendiri bisa dibilang merupakan sebuah epic tale dilihat dari durasinya yang mencapai hampir 4 jam. Untuk itulah film ini akhirnya dirilis dalam dua volume terpisah yang sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Karena itulah kali ini saya akan membahas kedua volume tersebut sebagai satu kesatuan.

Total film ini mempunyai delapan chapter yang membagi tiap-tiap aspek ceritanya. Sosok sentralnya adalah Joe (Charlotte Gainsbourg), seorang wanita mendekati usia paruh baya yang ditemukan oleh Seligman (Stellan Skarsgard) tengah terbaring di jalanan sempit dalam kondisi penuh luka. Seligman pun membawa Joe kerumah untuk diberikan perawatan. Pada saat itulah Joe mulai bercerita tentang kisahnya sebelum berakhir babak belur di jalanan. Sebuah kisah yang dimulai semenjak dia masih kecil dan pada akhirnya tumbuh sebagai seorang gadis dengan nymphomaniac. Akan ada begitu banyak kisah yang diceritakan Joe, mulai dari saat ia kecil dan mulai mengenal kemaluannya di usia 2 tahun, lalu tumbuh sebagai remaja yang ketagihan seks bersama sahabatnya, B (Sophie Kennedy Clark). Di masa itulah Joe remaja (Stacy Martin) mengalami banyak petualangan gila dalam kehidupan seksnya termasuk kisah cintanya dengan Jerome (Shia LaBeouf). Volume I lebih banyak berkisah tentang sisi liar Joe pada saat ia remaja dimana ia tidak terlalu peduli pada kondisinya sebagai seorang nymphomaniac dan hanya mementingkan kepuasaan hasrat seksualnya. Sedangkan Volume II yang berkisah saat Joe memasuki usia dewasa bertutur tentang pencarian jati diri dan dilema Joe sebagai seorang sex addict. Pada tahap ini Joe mulai banya melakukan pencarian makna dalam hidupnya termasuk mencoba berbagai hal-hal baru dalam kehidupan seksualnya. Segala cerita tersebut dihadirkan dengan alur yang melompat-lompat antara masa lalu dengan masa sekarang disaat Joe bercerita pada Seligman yang selalu menanggapi cerita Joe dengan berbagai analogi yang mengaitkan hal-hal seksual dengan hal lain.

23 komentar :

Comment Page:

300: RISE OF AN EMPIRE (2014)

Tidak ada komentar
Masih segar di ingatan kita bagaimana tujuh tahun lalu 300 sukses besar dan memberikan keuntungan dalam berbagai hal. Secara kualitas memang film tersebut sangat style over substance karena diluar gaya stylish Zack Snyder dalam menghantarkan adegan aksinya, film tersebut tidaklah punya kualitas cerita yang bagus. Tapi toh saya sendiri tidak peduli dengan ceritanya yang tipis karena film tersebut sanggup menghadirkan sebuah film unsur machoisme dalam balutan aksi yang penuh dengan semangat bertempur luar biasa. Penggunaan slow motion dan green screen berlebihannya ternyata berhasil menciptakan sebuah tontonan keren yang brainless tapi sangat menghibur. Film itu pun sukses mendapatkan lebih dari $450 juta dari bujetnya yang hanya $65 juta. Selain itu 300 juga berhasil melambungkan nama Zack Snyder dan Gerard Butler. Snyder yang tadinya hanya dianggap "beruntung" saat berhasil me-remake Dawn of the Dead berubah menjadi salah satu sutradara besar Hollywood. Sedangkan Gerard Butler kini menjadi A-list aktor dan sosoknya sebagai King Leonidas dianggap sebagai salah satu ikon machoisme. Tentunya tidak lupa kalimat ikonis "This is Sparta!" itu. Tujuh tahun berselang, sekuelnya pun dibuat dengan bujet yang hampir dua kali lipat. Tidak ada lagi Snyder sebagai sutradara (kali ini ia menjadi penulis naskah bersama Kurt Johnstad), Gerard Butler hanya muncul dalam flashback, dan tentunya 300 orang prajurit Sparta itu telah mati dengan penuh kebanggaan dalam peperangan. Jadi apa lagi yang bisa diceritakan?

Ceritanya diangkat dari novel grafis berjudul karya Frank Miller yang berstatus unpublished, film yang awalnya bertajuk Battle of Artemisium ini akan menjadi prekuel, sidekuel sekaligus sekuel dari 300-nya Snyder. Sebagai prekuel karena Rise of an Empire akan mundur beberapa tahun sebelumnya, tepatnya saat terjadi battle of marathon yang melibatkan pasukan Persia melawan Yunani. Saat itu Yunani yang dipimpin oleh Themistokles (Sullivan Stapleton) nekat menyerbu pasukan Persia yang punya jumlah pasukan jauh lebih besar. Peperangan tersebut berujung pada kekalahan bagi Persia setelah raja Darius (Yigal Naor) tewas ditangan Themistokles. Themistokles pun dikenal sebagai pahlawan perang yang legendaris. Namun disisi lain ia menyadari sebuah kesalahan karena tidak membunuh putera Darius, Xerxes (Rodrigo Santoro). Karena hasutan dari Artemisia (Eva Green) yang merupakan komandan pasukan laut Persia, Xerxes pun dipenuhi dendam atas kematian sang ayah dan menyerahkan dirinya pada kejahatan hingga berubah menjadi Xerxes sang raja para dewa. Hal itulah yang akhirnya berujung pada invasi besar-besaran Persia terhadap Yunani yang salah satu pertarungannya sudah kita saksikan dalam film pertamanya. Dalam Rise of an Empire kita akan melihat pertempuran lain yang berlangsung saat itu dan setelahnya, yakni pertempuran di lautan antara pasukan yang dipimpin Themistokles melawan Artemisia yang masih menyimpan dendam pada Yunani dan bersumpah akan menghancurkan negeri tersebut.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

COMPUTER CHESS (2013)

Tidak ada komentar
Andrew Bujalski merupakan salah satu nama yang malang melintang dalam dunia film mumblecore indie. Computer Chess sendiri adalah filmnya yang keempat dan berhasil memenangkan Alfred P. Sloan Prize dalam ajang Sundance Film Festival tahun 2013 lalu. Alfred P. Sloan Prize sendiri adalah penghargaan yang diberikan khusus pada film-film bertemakan hal-hal berbau ilmiah. Dari judulnya bisa ditebak bahwa film ini akan bersinggungan dengan dunia komputer catur, yakni sebuah a.i. (artificial intelligence) yang mempunyai kemampuan bermain catur. Untuk jaman sekarang hal seperti itu sudah menjadi hal yang biasa khususnya dalam video game bertemakan catur. Tapi Andrew Bujalski tidak akan membawa kita dalam sebuah dunia modern penuh kecanggihan teknologi komputer seperti dalam film-film sci-fi. Hal itu karena Computer Chess mempunyai setting tahun 1980, yaitu era dimana software komputer belum secanggih dan secerdas sekarang dan sebuah komputer masih berukuran amat besar. Dalam film ini Bujalski akan mengajak penontonnya melihat sebuah kompetisi catur komputer yang diadakan di sebuah hotel. Dalam kompetisi tahunan tersebut, masing-masing programer membawa program yang telah mereka kembangkan untuk dipertandingkan hingga mendapatkan satu program catur yang paling canggih dan cerdas. Pemenang dari kompetisi tersebut nantinya akan berhadapan dengan Pat Henderson (Gerald Peary) yang merupakan seorang grandmaster catur.

Computer Chess ber-setting pada tahun 1980 yang berarti kita akan melihat banyak hal yang di zaman sekarang akan disebut "cupu", mulai dari komputer besar serta para programer yang memakai kaca mata besar hingga potongan rambut aneh yang identik dengan orang-orang nerd. Tapi film ini tidak hanya bercerita tentang turnamen catur komputer saja, karena akan ada banyak hal yang coba disajikan oleh Bujalski dalam satu setengah jam durasinya. Teknik penyajian filmnya memang cukup unik. Gambarnya diambil dengan kamera video analog lengkap dengan pewarnaan hitam putih. Jika bicara soal teknik dan kualitas gambarnya, Computer Chess memang sepintas terlihat lebih dari sekedar sederhana, bahkan bisa dibilang amatiran. Seringkali kita melihat gambar yang blur dan tidak fokus. Penggunaan warna hitam putihnya pun mungkin dipakai untuk menghindari pengeluaran yang besar karena hal tersebut bisa menghemat penggunaan lighting buatan. Tapi disadari atau tidak, hal-hal tersebut justru makin menguatkan kesan retro dan nerd dalam film ini. Penonton seolah dibawa masuk kedalam dunia lain yang penuh dengan hal-hal unik dan aneh. Bagi penonton umum zaman sekarang, melihat komputer besar, sistem operasi sederhana yang hanya mempunyai layar hitam dengan tulisan layaknya DOS, serta karakter-karakternya yang tampil dengan dandanan nerd memang serasa berada di dunia berbeda yang penuh dengan keanehan.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

ANCHORMAN 2: THE LEGEND CONTINUES (2013)

Tidak ada komentar
Saat pertama kali menonton Anchorman: The Legend of Ron Burgundy saya sama sekali tidak mengerti kenapa film karya Adam McKay tersebut sampai dipuja-puja banyak orang bahkan sampai mendapatkan status cult. Namun beberapa bulan berlalu dan tanpa sadar saya sudah menonton film tersebut beberapa kali meski hanya untuk menonton beberapa adegan di dalamnya. Saya pun akhirnya menyadari bahwa segala kegilaan dan keabsurdan dalam komedinya memang begitu ringan dan menyenangkan hingga tidak pernah membosankan ditonton berulang kali. Meski pada pengalaman pertama terasa biasa saja, tapi memang film tersebut tidak pernah terasa membosankan dan semakin lucu setiap kali saya menonton ulang. Karena itulah saya kembali menantikan film keduanya yang rilis sembilan tahun setelah film pertamanya ini. Dengan tajuk The Legend Continues, sekuel ini masih punya nama-nama besar yang berjasa atas keberhasilan film pertamanya, mulai dari sutradara Adam McKay serta kuartet pemeran utamanya yang terdiri dari Will Ferrel, Paul Rudd, Steve Carell  sampai David Koechner dan masih ditambah Christina Applegate. Tidak ketinggalan rangkaian nama besar lainnya bergabung melanjutkan tradisi film pertamanya yang memiliki jumlah cameo berjubel. Jadi akan segila apakah Anchorman 2: The Legend Continues?

Ceritanya dimulai beberapa tahun setelah film pertama dimana kali ini Ron Burgundy (Will Ferrell) sudah menikah dengan Veronica Corningstone (Christina Applegate) dan memiliki seorang putera berusia 5 tahun. Tidak hanya itu, mereka berdua juga berduet sebagai anchor di sebuah stasiun televisi besar di New York. Bekerja di New York memang sudah menjadi impian setiap pembaca berita, dan kehidupan Ron Burgundy nampaknya sudah sempurna saat ini. Tapi itu semua tidak bertahan lama, setelah bos sekaligus idolanya, Mack Tannen (Harrison Ford) memecat Ron yang dianggapnya sebagai the worst anchorman. Tapi disisi lain ia justru menawari pekerjaan baru yang lebih tinggi pada Veronica. Hal itulah yang akhirnya membuat Ron mengultimatum Veronica untuk memilih antara pekerjaan atau dirinya. Sudah bisa diduga Veronica memilih pekerjaan dan Ron pun meninggalkannya. Dalam kondisi hidup berat yang sampai membuatnya berusaha untuk bunuh diri, Ron didatangi oleh Freddie (Dylan Baker) yang menawarinya sebuah pekerjaan di sebuah stasiun televisi yang berniat melakukan terobosan dengan menyiarkan berita selama 24 jam penuh. Tanpa pikir panjang ia menerima pekerjaan tersebut dan mengumpulkan kembali rekan-rekannya yang sudah terpisah, mulai dari Champ Kind (David Koechner) yang membuka usaha fast food kelelawar goreng, Brian Fantana (Paul Rudd) yang menjadi fotografer kucing, sampai Brick Tamland (Steve Carell) yang baru saja meninggal (?) Tapi usaha mereka menjadi anchorman nomor satu di New York tidak mudah karena saingan berat bernama Jack Lime (James Marsden).

Tidak ada komentar :

Comment Page:

NEED FOR SPEED (2014)

2 komentar
Jika bicara tentang franchise balapan apa yang menguasai dunia perfilman tentu saja nama Fast & Furious menjadi jawabannya. Laju Dominic Toretto dan kawan-kawan memang sudah sulit untuk dibendung. Karena itulah butuh franchise lain yang tidak kalah besar untuk menantang kedigdayaan Fast & Furious dan Need for Speed bisa jadi penantang yang sepada. Franchise game balap mobil milik Electronic Arts (EA) ini memang sudah menguasai dunia game balap semenjak dirilis pertama kali 20 tahun yang lalu. Dengan gameplay yang seru dan tidak terlalu rumit namun tetap bisa memberikan keseruan luar biasa, Need for Speed sanggup mengalahkan saingan-saingan mereka termasuk Gran Turismo yang terlalu banyak terfokus pada usaha menjadi realistis. Persaingan kedua game tersebut mungkin agak mirip PES melawan Fifa dalam game sepakbola. Tapi walaupun punya nama besar di dunia game, hal itu tidak langsung menjadi jaminan film Need for Speed bakal meraih kesuksesan pula. Apalagi selama ini kita tahu bagaimana nasib film-film adaptasi game yang lebih sering gagal total secara pendapatan dan menyedihkan secara kualitas. Karenanya dibutuhkan usaha lebih jika ingin meraih kesuksesan, apalagi untuk menyaingi Fast & Furious. Disutradarai oleh Scott Waugh yang dua tahun lalu membuat film buruk berjudul Act of Valor, film ini akan mendapat suntikan beberapa nama besar yang dipimpin oleh Aaron Paul, aktor yang angkat nama lewat serial televisi Breaking Bad.

Cerita dalam Need for Speed sederhana saja, yaitu tentang Tobey Marshall (Aaron Paul) yang merupakan seorang mekanik handal sekaligus pembalap liar yang dulu sempat digadang-gadang sebagai pembalap berbakat di masa depan. Namun karena "kalah bersinar" dibanding Dino Bewster (Dominic Cooper), Tobey kini hanya menjadi seorang mekanik di bengkel warisan ayahnya yang terancam bangkrut bersama teman-temannya sambil sesekali mengikuti balapan liar untuk mengumpulkan uang. Suatu hari terjadilah balapan yang berakhir dengan tragedi dan membuat Tobey difitnah hingga membuatnya harus mendekam dalam penjara selama 2 tahun. Setelah ia bebas bersyarat, Tobey kembali menantang Dino dalam balapan prestisius yang dibuat oleh Monarch (Michael Keaton). Dengan dibantu oleh teman-temannya termasuk Julia (Imogen Poots) seorang car dealer dari Inggris, Tobey kembali melawan Dino dalam sebuah balapan yang tidak hanya memperebutkan hadiah berjumlah besar namun juga melibatkan balas dendam personal. Ceritanya jelas begitu sederhana dan kita sudah bisa menebak apa saja yang terjadi bahkan sampai ending filmnya sekalipun. Tapi toh Need for Speed memang bukanlah fim yang lebih menitik beratkan pada ceritanya melainkan pada adegan aksi berupa balapan liar yang memacu adrenaline, dan untuk itu film ini cukup berhasil melakukannya khususnya berkat keberhasilannya dalam menampilkan segala hal yang menjadi keunggulan dari gamenya

2 komentar :

Comment Page:

AFTER THE DARK (2013)

8 komentar
Mungkin anda masih ingat berita yang cukup ramai beberapa waktu yang lalu mengenai sebuah film Hollywood yang melakukan produksi di Indonesia dan dibintangi oleh Cinta Laura. Dengan cepat media-edia lokal menyebut film berjudul The Philosophers tersebut sebagai "Film Hollywood perdana Cinta Laura". Berita itu sudah tersebar lebih dari dua tahun yang lalu tanpa ada kabar kelanjutannya kapan film tersebut dirilis. Hanya sebuah trailer diawal tahun 2013 yang memperlihatkan sekilas film itu dengan kemunculan Cinta Laura di dalamnya yang seolah sudah dianggap prestasi luar biasa oleh beberapa pihak. Sampai akhirnya film tersebut rilis dengan judul yang sudah berganti menjadi After the Dark. Sebuah pergantian yang cukup bisa dimaklumi karena jelas After the Dark merupakan judul yang jauh lebih menjual karena akan mengesankan sebuah film horor/thriller daripada The Philosophers yang sekilas terdenganr sebagai sebuah film tentang filsafat yang berat. Film ini sendiri tidak punya banyak nama besar di dalamnya. Paling hanya Daryl Sabara (Spy Kids) dan James D'Arcy (Cloud Atlas) yang terasa familiar. Kebanyakan aktor dan aktris yang bermain dalam film ini memang adalah para pemain muda yang lebih banyak membintangi serial ataupun film televisi. Dengan premis yang cukup menarik serta proses syuting yang banyak mengambil lokasi di berbagai tempat wisata Indonesia seperti Prambanan, Bromo dan Pulau Belitung apakah After the Dark menjadi sebuah tontonan yang memuaskan?

James (Rhys Wakefield) dan Petra (Sophie Lowe) adalah sepasang kekasih yang juga sama-sama murid di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Suatu hari dalam kelas filsafat yang diajar oleh Mr. Zimit (James D'Arcy) 20 murid dari berbagai negara yang berada di kelas tersebut mendapat sebuah tes yang merupakan tes terakhir sebelum kelulusan mereka. Dalam tes tersebut, Mr. Zimit menempatkan murid-muridnya dalam sebuah simulasi dimana dunia tengah terancam kiamat oleh ledakan nuklir. Untuk menyelamatkan keberlangsungan umat manusia, mereka harus menyelamatkan diri dan bersembunyi dalam sebuah bunker selama setahun sampai radiasi nuklir mereda. Tapi bunker tersebut hanya cukup diisi oleh 10 orang, jadi mereka harus bisa memilih siapa saja yang "berhak" menyelamatkan diri di dalamnya. Dalam simulasi tersebut tiap-tiap murid diberi karakteristik dan keahlian masing-masing mulai dari yang penting seperti insinyur, ahli listrik atau dokter sampai yang dianggap tidak penting seperti penyair, penyanyi opera, dan pembuat gelato. Dalam tes tersebut mereka harus bisa bertahan hidup hingga radiasi hilang guna membangun kembali peradaban manusia yang hampir punah akibat bencana tersebut. Seperti yang saya bilang, After the Dark punya premis yang menarik dan original. Apalagi dengan "janjinya" untuk mengetengahkan hal-hal berbau filosofis dalam ceritanya. Pastinya film ini akan jadi sebuah tontonan cerdas yang menarik bukan? Sayangnya tidak seperti itu.

8 komentar :

Comment Page:

20 FEET FROM STARDOM (2013)

Tidak ada komentar
Saya tertarik untuk menonton dokumenter yang satu ini bukan karena nama-nama yang terlibat di dalamnya atau karena tertarik pada topik yang diangkat. Saya merasa harus menonton film ini karena 20 Feet From Stardom berhasil meraih penghargaan Best Documentary Feature pada ajang Oscar beberapa waktu yang lalu mengalahkan The Act of Killing  yang bagi saya sudah sangat bagus sekaligus kontroversial tersebut. Saya sendiri termasuk yang memprediksi film karya Joshua Oppenheier tersebut akan membawa pulang piala Oscar. Maka dari itu pada saat 20 Feet from Stardom  berhasil menang saya cukup terkejut meski sebenarnya bukan sebuah kejutan besar mengingat film ini juga berhasil memenangkan beberapa penghargaan lainnya sebelum Oscar, tapi tetap saja saya penasaran film sehebat apakah yang sanggup mengalahkan The Act of Killing disaat film-film dokumenter unggulan lainnya seperti Blackfish dan Stories We Tell secara mengejutkan gagal menjadi nominator. Saya sendiri pada awalnya tidak terlalu tahu banyak tentang cerita dalam 20 Feet from Stardom kecuali bahwa dokumenter ini akan bicara tentang hal-hal berbau musik dan penyanyi kulit hitam dimana hal itu saya dapatkan dari poster filmnya. Pada kenyataannya film yang disutradarai oleh Morgan Neville ini memang berbicara tentang musik dan penyanyi, lebih tepatnya background singer, sebuah posisi yang selama ini selalu dipandang sebelah mata dan mulai terpinggirkan oleh kemajuan teknologi dalam recording

Film ini akan banyak menampilkan para background singer mulai dari Darlene Love, Judith Hill, Merry Clayton, Lisa Fischer dan masih banyak lagi. Mungkin dari beberapa nama tersebut hanya Darlene Love dan Judith Hill yang paling dikenal. Darlene Love karena dia tampil dalam empat film Lethal Weapon sebagai Trish Murtaugh dan Judith Hill dikenal karena dia berhasil mencuri perhatian saat (hampir) berpartisipasi dalam konser This is It-nya Michael Jackson dan mengikuti ajang pencarian bakat The Voice. Memang secara keseluruhan para penyanyi latar ini selalu berada dibalik bayang-bayang para lead singer dan kebanyakan dari mereka gagal meraih kesuksesan sebagai bintang meski mempunyai bakat menyanyi dan suara yang luar biasa. Film ini akan membawa kita pada penelusuran terhadap karir mereka mulai saat masa keemasan para penyanyi latar pada era 60-an hingga 80-an, usaha mereka untuk mencapai mimpi mereka menjadi bintang besar sesungguhnya dan bukan hanya sebagai penyanyi latar sampai pada akhirnya saat mereka mengalami masa sulit disaat karir mereka mulai jatuh karena banyak hal mulai daru usaha solo yang tidak laku sampai semakin majunya teknologi rekaman yang tidak lagi membutuhkan adanya penyanyi latar untuk menciptakan harmonisasi vokal dalam sebuah lagu. 20 Feet from Stardom akan mengupas seluk beluk dari karir berbagai penyanyi latar tersebut.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

RUANG (2006)

Tidak ada komentar
Ini adalah film ketiga dari Teddy Soeriaatmadja setelah setahun sebelumnya ia menghasilkan Banyu Biru yang dibintangi Tora Sudiro itu. Tentu saja nama Teddy kini menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi saya untuk melihat kebelakang daftar film-filmnya setelah Lovely Man yang bagus dan Something in the Way yang sepertinya juga keren dan entah kenapa belum juga tayang di bioskop tanah air. Lewat Ruang inilah Teddy berhasil mendapat nominasi untuk sutradara terbaik dalam ajang FFI tahun 2006 serta memenangkan Best Director dalam Bali International Film Festival 2006. Film ini sendiri dibintangi oleh Winky Wiryawan, Luna Maya, Adinia Wirasti, Reggy Lawalata, serta Slamet Rahardjo yang sebelumnya juga bermain di Banyu Biru. Dalam Ruang, Teddy Soeriaatmadja akan mengajak kita untuk mengikuti alur yang bolak balik antara masa kini dan masa lalu tepatnya pada tahun 1950-an. Di masa kini, kita akan berkenalan dengan Rais (Slamet Rahardjo) yang baru saja pulang dan bertemu dengan adiknya, Rima (Reggy Lawalata). Kepulangan Rais sendiri disebabkan karena ibu mereka baru saja meninggal beberapa hari sebelumnya. Ternyata sebelum meninggal ibu mereka telah meninggalkan sebuah kotak yang hanya boleh dibuka secara bersama-sama oleh Rai dan Rima. Dalam kotak tersebut tersimpan sebuah surat yang ditulis oleh sang ibu, cerita berjudul "Ruang" yang ditulis ayah mereka, dan sebuah foto lama dari seorang wanita yang tidak dikenal. 

Surat tersebut ternyata bercerita tentang masa lalu disaat sang ibu, Flori (Adinia Wirasti) masih muda dan baru saja bertemu dengan sang suami, Chairil (Winky Wiryawan) yang kini sudah sebatang kara karena seluruh keluarganya telah meninggal. Dari situlah Rima dan Rais tahu bahwa sang ayah pernah menjalin sebuah cinta terlarang dengan Kinasih (Luna Maya) yang tidak lain adalah puteri dari pemilik perkebunan tempat Chairil bekerja. Dari surat itu jugalah Rais menemukan sebuah kenyataan mengejutkan bahwa ia bukanlah anak kandung dari sang ibu melainkan dari Kinasih, hasil cinta terlarangnya dengan Chairil. Setelah itu masih banyak misteri lain dari masa lalu Chairil dan Kinasih yang terungkap dari surat Flori tersebut. Ruang sesungguhnya dipenuhi oleh begitu banyak keindahan jika dilihat lewat permukannya. Pertama dari judulnya saja meskipun begitu sederhana namun saya merasa ada keindahan dari judul yang super sederhana tersebut. "Ruang". Sederhana, tapi terkesan seperti judu sebuah puisi yang dalam kesederhanaannya menyimpan begitu banyak keindahan. Keindahan berikutnya tentu saja berasal dari aspek visualnya. Ruang menampilkan begitu banyak gambar yang indah. Saking indahnya, jika anda memencet pause lalu meng-capture salah satu adegan dari film ini anda bisa menggunakannya sebagai wallpaper yang indah untuk layar laptop anda. Gambar-gambar alam yang membentang ditangkap dengan begitu sempurna lengkap dengan pencahayaan serta filter gambar yang pas membuat adegan demi adegan film ini terasa sebagai lukisan indah yang bergerak.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

VOTE FOR BURONAN FILM

5 komentar
Dalam postingan kali ini saya berniat sedikit promosi dan meminta bantuan pada pembaca blog ini tentang kompetisi yang sedang saya ikuti, yaitu Buronan Film. Apa itu Buronan Film? Singkatnya ini adalah kompetisi untuk menyaring bakat-bakat muda perfilman Indonesia. Kompetisinya sendiri mempunyai dua tahap, tahap pertama yaitu seleksi konsep film dimana tiap-tiap peserta harus mengirimkan konsep/sinopsis film buatan mereka. Saya sendiri mengirimkan 8 konsep yang alhamdulillah 6 diantaranya berhasil lolos ke babak kedua. Tahap kedua sendiri diikuti sekitar lebih dari 400 konsep cerita yang sudah diseleksi dari total 1000 lebih konsep cerita. Di tahap kedua ini tiap peserta harus membuat konsep trailer dari cerita yang mereka buat. Bedanya, jika tahap pertama seleksi dilakukan oleh panitia, maka babak kedua ini pemenang ditentukan lewat voting. Kemudian nantinya akan diambil tiga besar dengan voting terbanyak untuk nantinya diproduksi dengan bujet 500 juta. Seperti yang sudah saya bilang, kali ini saya meminta bantuan dari para pembaca untuk memberikan vote pada karya-karya saya. Berikut ini saya tuliskan garis besar cerita dari keenam cerita milik saya:

5 komentar :

Comment Page:

MILLER'S CROSSING (1990)

Tidak ada komentar
Ini adalah film ketiga dari Coen Brothers dan merupakan follow-up  dari Raising Ariona yang tidak hanya dipuji kritikus namun juga sukses secara finansial. Miller's Crossing juga membawa beberapa kolaborator yang jadi langganan Coen Brothers seperti John Turturo dan Steve Buscemi. Film ini sendiri mengambil setting pada tahun 1930-an pada masa kejayaan gangster yang di masa itu menguasai kota serta berbagai bisnis di dalamnya. Miller's Crossing yang memang banyak mengambil influence dari berbagai film-film noir dan gangster berkisah tentang Tom Reagan (Gabriel Byrne) yang bekerja sebagai penasihat untuk Leo O'Bannon (Albert Finney), seorang politikus yang menguasai sebagaian besar bisnis di kota tersebut. Bahkan Leo menguasai kepolisian dan walikotanya. Tom sendiri dikenal sebagai seorang penasihat yang cerdas serta selalu dingin dan taktis dalam mengambil keputusan. Hal itu jugalah yang membuat kekuasaan Leo terus bertahan. Sampai suatu hari \Johnny Caspar (Jon Polito),  saingan Leo yang berasal dari Italia datang mengutarakan niatnya untuk membunuh seorang bookie bernama Bernie (John Turturo) yang selama ini mendapat perlindungan dari Leo. Bernie sendiri adalah adik dari Verna (Marcia Gay Harden) yang juga tengah menjalin hubungan asmara dengan Leo. Tom sendiri menyarankan agar Leo tidak lagi melindungi Bernie demi menghindari pertikaian dengan Caspar, namun Leo tidak setuju dan malah memperpanjang masa perlindungan untuk Bernie.

Mendengar hal tersebut Caspar berang dan secara tidak langsung bendera perang antara mereka berdua telah dikibarkan. Disisi lain tanpa sepengetahuan Leo, Tom tengah menjalin affair dengan Verna. Berbagai konflik yang rumit dan berbahaya mulai mendatangi kehidupan Tom dan membuat dirinya terjebak dalam pertikaian antara pihak Leo melawan Caspar. Kini kecerdasan Tom pun diuji disaat dia harus berusaha memecahkan segala masalah yang terjadi di sekelilingnya dimana berbagai masalah tersebut juga mengancam nyawa Tom. Tentu saja meskipun Miller's Crossing banyak mengambil aspek dari film-film gangster ini adalah film yang ditulis dan disutradarai oleh Coen Brothers yang berarti akan ada banyak hal nyeleneh dan plot yang berjalan penuh kejutan tak terduga disini. Ada begitu banyak twist dalam alur serta karakter-karakter yang terlibat di dalamnya. Sama dengan film-film Coen yang lain, kejutan yang muncul pada awalnya sering terasa tidak masuk akal sebelum pada akhirnya semua fakta diungkap dan yang tersisa bukan lagi hal diluar nalar tapi sebuah kecerdasan luar biasa dalam merangkum plotnya. Miller's Crossing juga bakal menguji konsentrasi penontonnya, karena berbagai jawaban dari misteri serta kejadian-kejadian penting tidak disajikan secara gamblang namun lebih banyak muncul dari dialog antar karakternya yang notabene hadir dengan tempo yang cepat serta memakai kata-kata yang tidak begitu mudah dicerna jika kita tidak fokus memperhatikan.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

THE CONGRESS (2013)

Tidak ada komentar
Saat beberapa review dari Cannes Film Festival menyebut film terbaru Ari Folman ini sebagai "The next Holy Motors" saya langsung tertarik. Bagaimana tidak? Film garapan Leos Carax itu berhasil memukau saya dan berada di puncak daftar film terbaik tahun 2012 versi blog ini. Tentu saja saya tidak serta merta langsung percaya pada sebutan tersebut karena julukan the next bla bla bla biasanya tidak terlalu valid dan seringkali hanya bentuk euforia penonton semata. Tapi tetap saja The Congress punya daya tarik yang begitu besar, apalagi film ini dibuat oleh Ari Folman yang angkat nama lewat Waltz with Bashir, sebuah film animasi dan nominator Oscar dari Israel yang bukan untuk konsumsi anak-anak. Untuk The Congress sendiri Ari Folman tidak mengemasnya sebagai animasi secara keseluruhan karena ada juga bagian yang dikemas dalam bentuk live action. Jadi kenapa film ini bisa dibandingkan dengan Holy Motors? Jawabannya adalah karena unsur surealis yang kental serta tema ceritanya yang menyoroti tentang keaktoran, tentang the beauty of acting. Tapi dari segi cerita sendiri The Congress jauh berbeda karena film ini juga memasukkan unsur sci-fi di dalamnya. Karakter yang jadi tokoh sentral adalah Robin Wright yang berpedan sebagai dirinya sendiri. Ya, dia adalah Robin Wright yang paling dikenal lewat peran-perannya di Forest Gump dan The Princess Bride. Disini Robin adalah seorang aktris berusia 44 tahun yang telah melewati masa jayanya.

Saat masih muda Robin dianggap sebagai salah satu aktris terbesar dengan masa depan yang cerah, tapi yang terjadi kemudian adalah kemunduran karir yang dipercaya terjadi karena dia sering memilih film yang salah. Kini dia tinggal bersama kedua anaknya di sebuah bekas hangar dekat bandara. Robin harus berjuang mengurus puteranya, Aaron (Kodi Smit-McPhee) yang mengalami gangguan pendengaran. Sebenarnya, sang agen Al (Harvey Keitel) sering membawa tawaran film tapi selalu ia tolak dengan alasan ingin mengurus Aaron. Sampai suatu ketika datang tawaran yang cukup menggiurkan dari Jeff (Dany Huston), pemilik Miramount Studio (Miramax + Paramount?) untuk menjual sisi aktris dalam dirinya untuk dikonversi kedalam bentuk digital. Dengan teknologi tersebut, sosok Robin akan sebagai aktris bakal menjadi milik Miramount dan bisa digunakan semau mereka dalam film apapun tanpa bisa menjadi tua. Namun kompensasinya adalah Robin yang asli tidak boleh lagi berakting meski tetap mendapatkan royalti. Singkat cerita Robin akhirnya menerima tawaran ini dan kisah melompat ke 20 tahun kemudian saat Robin menghadiri acara Futurological Congress di sebuah tempat yang semuanya berbentuk animasi termasuk orang-orang di dalamya. Disitulah mulai terjadi konflik yang lebih rumit dan lebih luas daripada sekedar aktris yang telah dikonversi sebagai produk digital.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

THE LEGO MOVIE (2014)

Tidak ada komentar
Lagi-lagi sebuah film yang diangkat dari mainan oleh Hollywood? Apakah ini berarti satu lagi tontonan buruk macam Battleship? Mudah saja berasumsi seperti itu, tapi tunggu dulu, karena beda dengan adaptasi mainan lainnya seperti Battleship dan G.I. Joe, The Lego Movie dibuat dalam medium animasi. Lalu kita tengok siapa orang-orang yang berada di balik film ini. Ada duo sutradara Phil Lord dan Christopher Miller yang selama ini telah berhasil menjungkir balikan tanggapan miring akan proyek-proyek mereka seperti Cloudy with a Chance of Meatball dan 21 Jump Street yang awalnya sama-sama diragukan namun pada akhirnya sanggup meraih keberhasilan baik secara finansial maupun kualitas. Kemudian dari jajaran pengisi suaranya, film ini juga diisi oleh nama-nama besar seperti Chris Patt, Will Ferrell, Elizabeth Banks, Liam Neeson, Channing Tatum, Jonah Hill sampai Morgan Freeman. Ya, Morgan Freeman turut menyumbangkan suara "sakti" miliknya dalam film ini. Tentu saja daya tarik dari film ini tidak berhenti sampai disitu. Selain menarik ditunggu akan seperti apa dunia lego dibangun, fakta bahwa banyak karakter-karakter besar yang muncul mulai dari superhero DC seperti Batman, Superman, Wonder Woman dan Green Lantern serta karakter-karakter tenar lainnya macam Gandalf, Abraham Lincoln dan masih banyak lagi jelas menambah daya tarik. Tidak salah jika saya menyebut bahwa The Lego Movie merupakan film dengan jumlah crossover karakter paling besar.

Diceritakan Lord Business berhasil merebut sebuah senjata berkekuatan besar bernama "Kragle" yang selama ini dijaga oleh seorang penyihir bernama Vitruvius. Senjata tersebut akan memberikan efek yang berbahaya jika disalah gunakan. Namun sesaat setelah kegagalannya mempertahankan "Kragle", Vitruvius mengatakan sebuah ramalan tentang kemunculan seseorang yang disebut sebagai "The Special" yang nantinya akan berhasil mendapatkan sebuah artifak yang sanggup menghentikan "Kragle". Delapan setengah tahun berlalu kita diperlihatkan sebuah kota lego yang dipimpin oleh Lord Business. Kehidupan masyarakatnya nampak bahagia dan begitu tertata karena mereka menjalani hidup berdasarkan buku panduan yang ditulis oleh Lord Business. Salah satu warganya adalah Emmet, seorang pekerja bangunan yang sama sekali tidak punya teman dan benar-benar patuh pada buku panduan tersebut. Suatu hari Emmet bertemu dengan seorang wanita misterius bernama Wyldstyle yang sesungguhnya tengah mencari artefak tersembunyi yang sanggup menghentikan "Kragle". Namun setelah terjadi ketidak sengajaan justru Emmet yang menemukan artefak tersebut. Jadilah Emmet yang sama sekali tidak punya kemampuan apapun dianggap sebagai "The Special" yang diharapkan sanggup menghentikan rencana jahat Lord Business untuk menghancurkan dunia dengan memakai "Kragle".

Tidak ada komentar :

Comment Page:

DEMI UCOK (2013)

Tidak ada komentar
Ini adalah film kedua yang dibuat oleh Sammaria Simanjuntak, sutradara wanita yang pada tahun 2009 lalu melahirkan Cin(t)a, sebuah film romantis indie yang bisa dibilang berhasil menjadi sebuah cult bahkan berhasil membawa pulang Piala Citra untuk kategori naskah aslie terbaik. Dengan kesuksesan tersebut tentu banyak yang memprediksi bahwa Sammaria Simanjuntak akan menjadi sutradara besar yang laris manis karyanya. Tapi sayang, Indonesia tidaklah terlalu bersahabat bagi mereka para sutradara indie idealis meski dia telah membuat karya yang dicintai begitu banyak orang. Hal itulah yang terjadi pada Sammaria Simanjuntak karena baru empat tahun setelah film pertamanya ia merilis Demi Ucok yang merupakan film kedua sekaligus curhatan personal dari sang sutradara tentang kondisi yang selama ini ia hadapi. Demi Ucok juga membawa serta dua pemeran utama dalam Cin(t)a yakni Sunny Soon dan Saira Jihan meski kali ini keduanya hanya menjadi pemeran pendukung. Untuk pemeran utama ada nama Geraldine Sianturi serta Lina Marpaung dimana nama terakhir sukses membawa pulang Piala Citra untuk kategori aktris pendukung terbaik. Demi Ucok sendiri memang bagaikan sebuah curhatan personal Sammaria Simanjuntak dimana film ini bertutur tentang Gloria Sinaga (Geraldine Sianturi), seorang sutradara film asal Batak yang sudah empat tahun semenjak debutnya tidak membuat film karena kesulitan mencari produser yang mau mendanai filmnya.

Disisi lain sang ibu, Mak Gondut (Lina Marpaung) adalah seorang wanita paruh baya yang dulunya bermimpi jadi artis tapi akhirnya malah menikah dan memilih membuang mimpinya tersebut. Hal itulah yang membuat Glo tidak ingin menjadi seperti ibunya dan berniat untuk mengejar mimpinya dulu baru memikirkan pernikahan. Namun ternyata Mak Gondut sangat berambisi untuk menjodohkan puterinya tersebut dengan pria Batak. Karena baginya tugas seorang wanita Batak hanya tiga, yaitu menikah dengan pria Batak, punya anak Batak dan akhirnya punya menantu Batak. Konflik pun mulai terjadi antara ibu dan anak tersebut yang sama-sama teguh memegang pendirian masing-masing. Gloria yang tetap teguh ingin berusaha membuat film dulu sebenarnya juga menyadari bahwa untuk sutradara dengan idealisme seperti dirinya sulit untuk mendapatkan produser yang mau membiayai filmnya. Kenapa? Karena bagi para produser film Indonesia yang laku haruslah film horor yang memunculkan hantunya tiap 2 menit sekali serta pamer susu-susu aktrisnya. Begitulah Demi Ucok, sebuah drama satir yang menyindir banyak hal dan mentertawakan banyak hal juga meski durasinya hanya 79 menit dan jika dikurangi credit maka hanya satu jam lebih sedikit. Sebuah film yang tidak hanya sangat personal tapi juga sangat Batak karena akan ada banyak kultur Batak disini. Bahkan judulnya pun punya sentuhan komedi karena tidak ada karakter bernama Ucok disini. Nama Ucok sendiri dimasukkan karena nama itulah yang sangat identik dengan Batak. Ibaratnya kalau filmnya tentang Jawa ya diberi judul Demi Bambang atau Demi Slamet.

Tidak ada komentar :

Comment Page:

GOZU (2003)

Tidak ada komentar
Gozu dibuat pada masa disaat Takashi Miike masih rajin membuat film-film brutal nan kontroversial macam Audition, Visitor Q, sampai Ichi the Killer dibandingkan "mencari makan" dengan membuat tontonan ringan seperti Ace Attorney dan Ninja Kids. Film ini sendiri pada awalnya hanya direncanakan untuk dirilis langsung dalam bentuk DVD, namun respon positif yang didapat pada Cannes Film Festival tahun 2003 yang akhirnya memberi Gozu kesempatan untuk dirilis di bioskop secara luas. Judul Gozu sendiri artinya adalah "kepala sapi". Kenapa kepala sapi? Anda akan menemukan jawabannya setelah menonton film ini, dan pada dasarnya judul film ini sendiri memberikan sedikit kunci untuk memecahkan segala teka-teki yang ada di film ini. Pada film ini Miike memang tidak hanya menghasilkan sebuah tontonan yang cukup disturbing karena disini Miike mengemas filmnya dengan alur yang sureal dan mengingatkan saya pada karya-karya David Lynch. Sekilas dilihat film ini tidak lebih dari sekedar kisah tentang para Yakuza yang juga sudah sering diangkat oleh Miike dalam film-filmnya. Awalnya kita akan diperkenalkan pada seorang anggota Yakuza bernama Ozaki (Show Aikawa). Dari awal kita sudah melihat ada yang tidak beres pada Ozaki setelah ia mencurigai seekor pudel sebagai anjing pembunuh Yakuza sebelum akhirnya membunuh dengan kejam anjing tersebut.

Sang bos Yakuza (Renji Ishibashi) yang merasa bahwa Ozaki sudah gila memerintahkan Minami (Hideki Sone) untuk membawa Ozaki di tempa pembuangan mobil dengan dalih mengajaknya untuk menemui seseorang. Tentu saja ini adalah hal yang tidak mudah bagi Minami karena baginya Ozaki bukan hanya atasan tapi sudah sangat dekat seperti kakaknya sendiri. Tapi di tengah perjalanan terjadi sebuah insiden yang membuat Minami secara tidak sengaja membunuh Ozaki. Mulai dari sinilah film ini mulai menunjukkan "wajah aslinya". Secara misterius dan tiba-tiba tubuh Ozaki yang ditinggal di mobil menghilang tanpa jejak. Minami yang kebingungan pun mulai berusaha mencari tubuh Ozaki. Dalam pencarian inilah Minami menemui banyak kejadian dan orang-orang yang aneh. Mulai dari seorang wanita tua pemilik penginapan yang jika buah dadanya diperas bisa mengeluarkan susu yang tinggal bersama adik laki-lakinya yang tidak kalah aneh sampai pria misterius bernama Nose (Shohei Hino) yang setengah wajahnya berwarna putih dan pada akhirnya membantu Minami dalam pencariannya. Seperti yang sudah saya bilang, Gozu bagaikan seperti sebuah film yang dibuat Takashi Miike saat ia sedang keranjingan menonton film-film David Lynch. Ada banyak unsur khas Lynchian yang bisa kita temui disini mulai dari ceritanya yang sureal, karakter sekunder dengan tampilan serta perilaku yang aneh, karakter utama yang clueless terhadap sebuah misteri, atmosfer yang creepy lengkap dengan iringan musik atmosferik yang juga creepy.

Tidak ada komentar :

Comment Page: